Kamis 02 Mar 2023 09:29 WIB

IHSG Dibuka Hijau di Tengah Indikasi Kenaikan Suku Bunga Agresif

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ahmad Fikri Noor
Karyawan berada di dekat papan pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini.
Foto: Republika/Prayogi.
Karyawan berada di dekat papan pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks harga saham gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan hari ini. IHSG menguat ke level 6.845,07 dan terus naik hingga ke level 6.858,91.

Kenaikan IHSG sejalan dengan pergerakan bursa Asia. "Indeks saham di Asia pagi ini dibuka menguat meskipun indeks saham utama di Wall Street semalam mayoritas ditutup turun," kata Phillip Sekuritas Indonesia, Kamis (2/3/2023).

Baca Juga

Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang Pemerintah AS bertenor 10 tahun menembus empat persen untuk pertama kali sejak November 2022. Data penting sektor manufaktur AS keluar beragam dan memberi indikasi inflasi kemungkinan besar akan sulit untuk turun.

Data S&P Global Manufacturing PMI AS di revisi ke bawah menjadi 47,3 pada Februari dari perhitungan awal 47,9, tapi lebih tinggi dari perhitungan akhir 46,9 pada Januari. Sementara data ISM Manufacturing Index naik tipis menjadi 47,7 pada bulan Februari dari 47,4 di bulan Januari, tapi berada di bawah ekspektasi 48.

Investor juga mencerna komentar dari dua pejabat tinggi Federal Reserve. Bank sentral AS memberi indikasi kenaikan suku bunga acuan secara agresif masih akan berlanjut pada bulan-bulan mendatang.

Presiden Federal Reserve Bank di Minneapolis Neel Kashkari mengatakan, pihaknya terbuka terhadap opsi kenaikan suku bunga acuan sebesar 25 bps atau 50 bps pada pertemuan kebijakan Federal Reserve pada 21-22 Maret ini.

Presiden Federal Reserve Bank di Atlanta Raphael Bostic mengatakan dalam sebuah esai, meskipun jika nanti suku bunga acuan Federal Funds Rate (FFR) berada di kisaran 5,0 persen hingga 5,25 persen di rasa cukup tinggi, kebijakan moneter akan tetap ketat pada 2024 hingga inflasi secara jelas mulai melambat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement