REPUBLIKA.CO.ID., MOSKOW -- Rusia pada Rabu (1/3/2023) menuduh Ukraina mempersiapkan kampanye "provokasi dengan bahan nuklir”, dan mengklaim bahan radioaktif telah didatangkan dari Eropa ke pelabuhan Odesa dan Chornomorsk Ukraina.
"Pada 16 Februari, kontainer dengan zat radioaktif dan label berbahasa Inggris dikirim dari wilayah salah satu negara Eropa ke pelabuhan Chornomorsk (wilayah Odesa), melewati perbatasan," kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan.
"Pada 19 Februari, kontainer serupa yang berisi zat radioaktif 'Californium-252' digunakan secara aktif untuk memeriksa integritas reaktor nuklir pembangkit listrik tenaga nuklir, dikirim ke pelabuhan Odesa dengan salah satu kapal angkut," tambah pernyataan itu.
Menurut kementerian Rusia itu, sistem pemantauan radioaktif telah dinonaktifkan pada saat pengangkutan kargo.
"Dari hasil penyelidikan jurnalistik, diketahui pemasok zat radioaktif ini adalah perusahaan Amerika Frontier Technology Corp., yang bergerak dalam produksi wadah isotop radioaktif, terutama sumber radiasi neutron," sebut pernyataan kemlu Rusia.
Kementerian tersebut mengutip keterangan blogger Ukraina yang menyuarakan keprihatinan atas kemungkinan pengiriman komponen untuk modifikasi amunisi dan "bahkan pembuatan bom kotor."
Layanan diplomatik mengingatkan peringatan sebelumnya dari Kementerian Pertahanan Rusia bahwa Ukraina sedang mempersiapkan provokasi nuklir yang ditujukan untuk menuduh Moskow menyerang objek berbahaya beradiasi yang dapat menyebabkan kebocoran zat radioaktif dan kontaminasi di daerahnya.
Kementerian tersebut mengatakan informasi tentang kemungkinan provokasi nuklir bergema di antara warga Ukraina dan penduduk negara tetangga di Eropa Timur.
"Tidak bisa tidak menimbulkan kekhawatiran bahwa peristiwa semacam itu terjadi di sekitar Transnistria, di mana rezim Kyiv dengan sengaja meningkatkan ketegangan.
Otoritas Rusia meminta badan-badan internasional yang relevan untuk memperhatikan informasi tentang kemungkinan provokasi dengan bahan nuklir dan memperingatkan Kyiv terhadap "tindakan sembrono, yang membahayakan nyawa dan kesehatan ribuan warga sipil."