REPUBLIKA.CO.ID, KUDUS -- Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo, mengedukasi siswa sekolah terkait bahaya berita bohong atau hoaks, khususnya di era serba digital serba sekarang. Menurut Ganjar, para siswa harus lebih pintar dalam menyaring informasi.
Hal itu disampaikan Ganjar di hadapan para siswa, saat melaksanakan program 'Gubernur Sambang Sekolah' di SMA Negeri 1 Kudus, Kabupaten Kudus, Jateng.
"Di dunia yang penuh dengan teknologi, apalagi di era digital mesti hati-hati. Karena banyak di antara mereka rata-rata punya medsos, punya WA grup, hati-hati dengan hoaks, jangan disebar, biasakan klarifikasi, biasakan tabayyun, biasakan bertanya," kata Ganjar di SMA Negeri 1 Kudus akhir pekan ini.
Ganjar mengatakan, dewasa ini hampir semua siswa memiliki gawai dan media sosial, seperti Instagram, Facebook dan Twitter di mana terdapat banyak informasi yang dibaca siswa setiap harinya dengan mudah.
Oleh sebab itu, Ganjar meminta siswa untuk lebih berhati-hati dalam menerima informasi, khususnya informasi yang didapat dari media sosial.
Lebih lanjut, Ganjar juga memaparkan pentingnya sikap anti-bullying yang harus ditumbuhkan antar para siswa. Ganjar pun mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan dan sikap toleran kepada mereka.
"Jangan ada bully antarteman, ini yang mesti dijaga. Sedih saja rasanya kalau lihat berita di Sragen tadi, guru menghamili muridnya. Yang begini kan tidak boleh terjadi," ucap Ganjar.
"Diedukasi dengan cara yang benar, mereka jadi anak-anak yang toleran, mereka punya nilai kemanusiaan yang tinggi seperti yang tadi disampaikan," kata Ganjar menambahkan.
Ganjar Pranowo memberikan peringatan keras kepada kalangan guru agar tidak melakukan perundungan dalam bentuk apa pun kepada muridnya.
"Saya ingatkan saja agar tidak ada orang yang punya agenda tersembunyi. Satu yang saya peringatkan dengan keras adalah bullying, semua guru tidak boleh membully muridnya dengan alasan apa pun," kata Ganjar, seperti dilansur dari Antara.
Menurut dia, para siswa harus berkembang dan keberadaan guru adalah membimbing, bukan justru melakukan perundungan.
"Biarkanlah mereka bisa berkembang mestinya guru memberikan konseling kepada mereka dengan baik, bukan kemudian membully atas alasan apa pun," ujarnya.