REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manuver PAN dan PPP beberapa waktu belakangan mengundang tanda tanya atas eksistensi Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Apalagi, dalam KIB sebenarnya sudah ada capres yang bisa diusung yaitu Airlangga Hartarto dari Partai Golkar.
Pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farchan mengatakan, elektabilitas Airlangga yang tidak kunjung naik memang masih jadi pekerjaan rumah. Sebagai Menko Perekonomian, hasil kerja Airlangga sebenarnya dirasakan masyarakat.
Misal, terkait masa pandemi yang berhasil dilewati bangsa Indonesia. Ketika approval rating dan kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi naik, khususnya isu-isu kesejahteraan sosial, harusnya Airlangga ikut mendapat berkah elektoral.
Selain itu, ia mengingatkan, popularitas Partai Golkar sebagai partai politik cukup baik, bahkan beberapa kali menempati posisi satu di survei-survei. Yusak berpendapat, raihan-raihan itu sebenarnya bisa menjadi pendorong bagi Golkar.
"Saya kira ini harus menjadi stimulus bagi Golkar untuk memaksimalkan mesin politiknya dalam menaikkan elektabilitas Airlangga," kata Yusak kepada Republika, Rabu (8/3/2023).
Selain itu, ia menyarankan, Airlangga lebih rajin turun ke masyarakat dan berani ke luar dari pakem atau gaya kepemimpinan politik yang cenderung formal. Sebab, publik sebenarnya senang dengan gaya-gaya informal dari figur pemimpin politik.
Semakin tidak berjarak dengan rakyat, semakin disukai. Ruang inilah yang bisa dimainkan Golkar untuk branding personal Airlangga agar lebih dekat ke publik. Sebab, ia menilai, masih ada waktu untuk memperbaiki elektabilitas Airlangga.
"Saya kira masih ada waktu bagi Golkar untuk menggenjot terus elektabilitas Airlangga," ujar Yusak.
Sebelumnya, Ketua Umum PAN dalam Rakornas memberikan kode keras mengusung Ganjar Pranowo dan Erick Thohir yang notabene sosok-sosok di luar KIB. Ada pula langkah Ketua Majelis Pertimbangan PPP yang melakukan pertemuan dengan Sekjen PDIP.