REPUBLIKA.CO.ID, MINDANAO -- Kesepakatan damai antara pemerintah dan ekstremis terbesar di Filipina menawarkan secercah harapan bagi anak-anak muda yang masih terpengaruh oleh siklus kekerasan perang klan.
Bahkan ketika kesepakatan damai membawa harapan bagi perdamaian di Mindanao, siklus kekerasan perang klan meninggalkan trauma yang berkepanjangan pada pemuda Muslim.
Rido, istilah lokal untuk perang klan atau perkelahian antara keluarga dan kelompok kekerabatan, ditandai dengan aksi kekerasan pembalasan yang berulang yang dipicu oleh pelanggaran nyata atau sekadar dugaan. Sasaran pembalasan bisa kepada individu atau seluruh keluarga. Hal ini memicu siklus kekerasan antargenerasi, menyebabkan ketakutan dan kecemasan di kalangan pemuda selama bertahun-tahun.
“Perselisihan klan lokal memengaruhi banyak aspek kehidupan kaum muda mereka baik secara fisik, psikologis, ekonomi, dan bahkan sosial-budaya. Impian mereka hancur. Rido membahayakan masa depan pemuda Mindanao dan Muslim,” kata pejabat eksekutif Reconciliatory Initiatives for Development Opportunities (RIDO) Inc., sebuah LSM pembangun perdamaian yang berfokus pada perbaikan kesenjangan sosial akibat perang suku, Abdul Hamitullah Atar.