Selasa 14 Mar 2023 15:36 WIB

Keren! Inovasi Siswa Madrasah Surabaya Kalahkan 30 Negara di Youth Science Fair

Tim menginovasikan effervescent atau tablet larut air berbahan dasar eceng gondok.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Tim dari MI Dewi Sartika Surabaya yang berkompetisi pada ajang Youth International Science Fair (YISF) di Bali.
Foto: Dokumen
Tim dari MI Dewi Sartika Surabaya yang berkompetisi pada ajang Youth International Science Fair (YISF) di Bali.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Prestasi membanggakan ditorehkan tim dari MI Dewi Sartika Surabaya yang mengantongi medali emas pada ajang Youth International Science Fair (YISF) yang digelar di Bali pada 8 hingga 12 Maret 2023. Inovasi tim Dewi Sartika Surabaya diganjar medali emas setelah mengalahkan perwakilan dari 30 negara peserta pada kategori environmental technology kelas SD.

Perlombaan internasional tersebut diikuti perwakilan dari Turki, Thailand, Uni Emirat Arab, Pakistan, India, Makedonia, Korea Selatan, Irak, Kenya, Amerika Serikat, Rumania, Brazil, Vietnam, Meksiko, Italia, Iran, Azerbaijan, Malaysia, Cina, Kanada, Singapura, Puerto Rico, Serbia, Kyrgystan, Kazakhstan, Philipina, Republik Ceko, Timor Leste, dan Indonesia.

Tim MI Dewi Sartika Surabaya yang berada di bawah bimbingan Yayasan Indonesia Sejahtera Barokah (YISB) itu menginovasikan effervescent atau tablet larut air berbahan dasar eceng gondok. Effervescent eceng gondok tersebut dapat menghancurkan zat logam berat pada air.

"Kandungan zat logam berat pada air tersebut jika terlalu banyak bisa menyebabkan berbagai macam penyakit kulit," kata tim ahli dari YISB, Budi Santoso di Surabaya, Selasa (14/3/2023).

Pria yang juga menjabat kepala sekolah SMA 10 Surabaya itu menjelaskan, munculnya ide pembuatan effervescent eceng gondok tersebut terinspirasi dari lingkungan sekitar anak-anak yang menjadi bagian dari tim. Di mana di sekitar mereka banyak aliran air dengan kandungan ion logam berat yang tinggi.

Mereka pun mulai mempelajari jurnal-jurnal baik jurnal internasional maupun nasional. "Mereka review ke saya mereka menemukan eceng gondok, yang terutama pada tangkainya memiliki kekuatan untuk mengikat ion logam berat," ujar Budi.

Budi melanjutkan, berdasarkan ide tersebut mulailah dicari cara pengemasan eceng gondok agar lebih efektif dalam menghilangkan kandungan ion logam berat pada air. Inovasi pertama, eceng gondok yang dikeringkan kemudian dikemas dalam kemasan serupa teh celup.

Namun ternyata kurang efektif. Karena satu kantung eceng gondok kering hanya mampu menghilangkan sekitar 50 persen kandungan ion logam berat pada satu liter air.

Kemudian tim kembali mengembangkan inovasi tersebut, dengan cara mengekstrak eceng gondong menjadi tablet effervescent. Hasilnya pun lebih efektif, dimana satu tablet effervescent eceng gondok seberat 5 gram, mampu menghilangkan 85 persen kandungan ion logam berat pada satu liter air.

"Walaupun ini prototipe dari anak-anak SD bisa dikembangkan ke tahap yang lebih dalam. Tinggal bagaimana cara packing. Ini risetnya walupun hasil anak SD sudah di atasnya anak-anak SMA bahkan perguruan tinggi," kata Budi.

Budi melanjutkan, selain mengirimkan Tim MI Dewi Sartika Surabaya, YISB juga mengirimkan dua tim binaan lainnya pada ajang yang sama. Yakni Tim Papua Bisa asal Manokwari.

Tim yang diisi siswa-siswi berprestasi asal Manokwari, Papua itu juga menorehkan medali emas pada kategori environment technology kelas SMA. "Mereka meneliti tingkat kejernihan air di Manokwari berdasarkan kandungan invertebrata. Sampelnya ada dua sungai yakni Sungai Mandopi dan Sungai Aimasi yang ada di Manokwari," ujarnya.

YISB juga mengirimkan Tim Papua Bisa asal Sorong, yang pada ajang tersebut menorehkan medali perak di kategori innovation technology kelas SMA. Tim yang dihuni siswa-siswi SMA berprestasi asal Sorong, Papua itu, menginovasikan kemasan tempat penyimpanan ikan asap, agar bisa bertahan lebih lama.

"Untuk bahan pengawet yang digunakan itu herbal. Ada daun jambu biji, kluwek, kayu manis, dan kopi robusta. Kemasannya terbuat dari plastik polietilena dan plastik polipropilena, jadi dua lapis. Itu ikannya bisa bertahan hingga satu tahun walaupun gak disimpen di tempat dingin. Jadi bisa dibawa ke mana-mana," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement