REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN— Pemerintah Republik Maladewa mengumumkan akan membuka kembali hubungan diplomatik dengan Iran beberapa hari setelah Iran dan Arab Saudi mencapai kesepakatan di China dalam memulihkan hubungan diplomatik di antara mereka.
Menurut siaran pers yang dirilis pada Senin, pemerintah Maladewa menyambut baik Pernyataan Trilateral Bersama oleh Kerajaan Arab Saudi, Republik Islam Iran dan Republik Rakyat China pekan lalu.
Disebutkan pula bahwa Teheran dan Riyadh akan membuka kembali kedutaan besar dan misi mereka setelah tujuh tahun putus hubungan diplomatik.
"Mengingat perkembangan yang positif dan menyenangkan ini Pemerintah Maladewa memutuskan untuk merajut kembali hubungan diplomatik dengan Republik Islam Iran," tulis pemerintahan Maladewadalam rilis pers itu.
Pada 10 Maret Iran dan Arab Saudi mengeluarkan sebuah pernyataan di Beijing yang menyatakan mereka telah menyetujui sebuah kesepakatan untuk memulihkan hubungan diplomatik kedua negara.
Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Iran Ali Shamkhani telah menggelar pembicaraan dengan pejabat Arab Saudi di Beijing pada 6 Maret guna menindaklanjuti kesepakatan berbagai isu yang dicapai selama Presiden Ebrahim Raisi mengunjungi China pada akhir Februari.
Ditengahi China dalam sebuah pembicaraan di Beijing, kedua negara akan saling membuka kedutaan besarnya kembali dua bulan ke depan.
Pembicaraan normalisasi hubungan ini sudah dimulai sejak dua tahun lalu di Irak, tapi sempat terhenti karena Pemilu Irak pada 2021.
Para pejabat kedua negara lalu melanjutkan bertemu di Oman, terutama membahas situasi di Yaman, di mana kedua negara berkonflik untuk menjadi pendukung dua kubu di sana.
Normalisasi hubungan Arab Saudi-Iran menohok kekuatan-kekuatan besar yang selama ini menjadi pemain utama di Timur Tengah, khususnya Amerika Serikat dan Israel, terlebih kesepakatan itu dicapai di China yang justru sedang berseteru dengan Amerika Serikat di hampir semua medan politik global.