Kamis 16 Mar 2023 20:30 WIB

Farhan As-Sa'di Pejuang Palestina yang Dihukum Mati Pasukan Inggris

Kematian Syekh Farhan As-Sa'di malah menjadi malapetaka bagi Inggris.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Farhan As-Sa'di Pejuang Palestina yang Dihukum Mati Pasukan Inggris. Foto: Bendera Palestina. Ilustrasi
Foto: Reuters
Farhan As-Sa'di Pejuang Palestina yang Dihukum Mati Pasukan Inggris. Foto: Bendera Palestina. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Farhan As-Sa'di lahir di desa Mizar, sebuah wilayah di Junain yang termasuk distrik Nabil di Palestina. Di masa hidupnya, Syekh Farhan melakukan perlawanan kepada Inggris yang menguasai Palestina.

Di masa mudanya, Farhan As-Sa'di gemar mengajar ilmu agama di masjid-masjid dan berkumpul dengan para ulama. Perkembangannya dalam bidang ilmu agama dan umum menjadikannya berwibawa dan dihormati oleh lingkungannya.

Baca Juga

Setelah Inggris menjajah Palestina, orang-orang mengenalnya dengan nama Syekh Farhan. Dia sering mengikuti konferensi nasional dan beberapa demonstrasi melawan pasukan Inggris

Ketika berkobar revolusi pada tahun 1929, Syekh Farhan membentuk pasukan gerilyawan mujahidin untuk menguasai wilayah Junain. Penjajah Inggris memenjarakan Syekh Farhan selama tiga tahun, sekeluarnya dari penjara dia pindah ke kota Haifa di Palestina. Di sana, Syekh Farhan bertemu Muhammad Izzuddin Abdul Qadir Al-Qassam dan bergabung dengan pasukan yang dipimpinnya.

Setelah gugurnya Izzuddin Al-Qassam sebagai syahid, Syekh Farhan As-Sa'di diangkat sebagai pemimpin pasukannya. Walaupun usianya sudah hampir mencapai 80 tahun, Syekh Farhan tetap memimpin pertempuran.

Setelah revolusi tahun 1936, Syekh Farhan menugaskan beberapa anggota pasukan agar bersembunyi di samping jalan-jalan. Tujuannya adalah agar mereka bisa menyerang rombongan orang-orang Yahudi yang lewat. Ketika rombongan orang Yahudi yang membawa 15 mobil berada di jalan Thulkarm yang terletak antara Ambata dan penjara Nur Sams, pasukan yang ditempatkan Syekh Farhan menyerang. Penyerangan tersebut menyebabkan terbunuhnya dua tentara Yahudi dan seorang lagi menderita luka-luka.

Ketika penjajah Inggris tidak berhasil memadamkan api revolusi yang terjadi pada tahun 1936, mereka mengasingkan para pemimpin Dewan Arab Tertinggi ke pulau Sisyal. Sementara, pasukan bentukan Izzuddin Al-Qassam sangat menolak rencana tersebut.

Pada tanggal 26 Juli 1937, mereka berhasil membunuh Andros, seorang komandan pasukan Inggris. Andros adalah komandan Inggris yang paling kejam tapi sangat membela Yahudi. Andros sangat mendukung Yahudi dalam upaya menguasai wilayah Palestina dan merampasnya dari orang Arab.

Andros adalah orang yang mengambil darah Wadi Al-Hawadits dan memberikannya dengan cuma-cuma kepada orang Yahudi, serta mengusir orang Arab dari wilayah tersebut.

Dikisahkan dalam buku Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah yang ditulis Syaikh Muhammad Sa'id Mursi dan diterjemahkan Khoirul Amru Harahap Lc dan Achmad Faozan Lc serta diterbitkan ulang Pustaka Al-Kautsar, 2007.

Pasukan Inggris melakukan pengejaran terhadap para anggota pasukan yang dibentuk Syekh Izzuddin Al-Qassam. Dalam pengajaran tersebut, pasukan Inggris berhasil menangkap Syekh Farhan bersama ketiga temannya.

Kemudian pasukan Inggris mengadili Syekh Farhan As-Sa'di di Pengadilan Militer yang direkayasa. Pengadilan menuduh Syekh Farhan telah membunuh Jendral Andros setelah ditemukan sepucuk senjata model lama di rumahnya.

Pengadilan Militer menjatuhkan hukuman mati kepada Syekh Farhan hanya berselang dua hari setelah penangkapannya. Pengadilan terhadapnya berlangsung selama tiga jam saja.

Syekh Farhan As-Sa'di menolak untuk berbicara saat persidangan berlangsung, pembawaannya sangat tenang dan jarang berbicara.

Ketika para hakim menjatuhkan pertanyaan kepadanya, "Apakah anda telah melakukan sebuah kesalahan?" Syekh Farhan As-Sa'di menjawab, "Saya berlindung kepada Allah untuk melakukan sebuah kesalahan."

Dewan Tertinggi Arab Palestina menghimbau kepada utusan Yahudi agar mau memberi amnesti kepada Syekh Farhan As-Sa'di atau mengundurkan pelaksanaan hukuman mati sampai selesai bulan Ramadhan. Tapi mereka tidak menghiraukan imbauan tersebut dan tetap melaksanakan hukuman mati.

Hukuman gantung terhadap Syekh Farhan As-Sa'di dilaksanakan pada tanggal 13 Ramadhan 1356 Hijriyah yang bertepatan pada tanggal 22 November 1937.

Penjajah Inggris sedikitpun tidak memperdulikan keadaan Syekh Farhan yang sudah berusia 80 tahun, Syekh Farhan As-Sa'di juga sedang berpuasa.

Setelah kematian Syekh Farhan As-Sa'di akibat dihukum mati, Inggris berharap agar para pengikutnya tidak berani lagi untuk melawan penjajah. Namun harapan Inggris itu sangat sia-sia. Kematian Syekh Farhan As-Sa'di malah menjadi malapetaka bagi Inggris.

Sosok Syekh Farhan As-Sa'di berubah menjadi sebuah simbol perjuangan dan memicu berkobarnya api revolusi. Hal yang sama juga terjadi pada gurunya, yakni Syekh Muhammad Izzuddin Abdul Qadir Al-Qassam yang menjadi simbol perjuangan api revolusi bagi para pengikutnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement