REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Australia berencana membeli hingga 220 rudal jelajah Tomahawk dari Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu terjadi beberapa hari setelah Australia mengumumkan akan membeli kapal selam serang bertenaga nuklir dari AS, untuk memodernisasi armadanya di tengah meningkatnya kekhawatiran tentang pengaruh Cina di Indo-Pasifik.
Para pejabat Australia mengatakan, kapal selam baru bertenaga nuklir akan mampu menembakkan rudal Tomahawk. Australia akan membeli rudal Tomahawk dengan biaya hampir 900 juta dolar AS. Kontraktor utamanya, Raytheon Missiles and Defense, yang berbasis di Arizona.
"Penjualan yang diusulkan ini akan mendukung kebijakan luar negeri dan tujuan keamanan nasional AS. Australia adalah salah satu sekutu terpenting kami di Pasifik Barat," kata Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan.
Menteri Pertahanan Australia Richard Marles mengatakan, rudal Tomahawk sangat penting bagi keamanan Australia. “Memastikan kami memiliki rudal serang jarak jauh adalah kemampuan yang sangat penting bagi keamanan negara ini,” kata Marles kepada Channel Nine.
Menteri Industri Pertahanan Pat Conroy mengatakan, rudal dapat ditembakkan dari kapal selam kelas Virginia yang akan dibeli Australia di bawah kesepakatan Aukus. "Kami tentu menginginkan kemampuan terbaik untuk Angkatan Pertahanan Australia, termasuk kemampuan menyerang lawan sejauh mungkin dari daratan Australia,” katanya kepada Australian Broadcasting Corp.
Pejabat Australia memperkirakan, biaya yang digelontorkan untuk pembuatan kapal selam mencapai antara 268 miliar hingga 368 miliar dolar Australia selama tiga dekade. Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan, pemerintah akan transparan tentang biaya tersebut.
“Penilaian yang harus dilakukan adalah apakah pembelian dan kemudian kita membangun kapal selam bertenaga nuklir kita sendiri, meningkatkan kapasitas kita untuk mempertahankan diri lebih dari 10 persen. Anda yakin itu benar. Itulah mengapa itu mewakili nilai yang baik," kata Albanese kepada Australian Broadcasting Corp.
Februari lalu, Jepang juga mengumumkan rencana meningkatkan militernya dalam upaya menghalangi Cina. Salah satunya, dengan membeli 400 rudal jelajah Tomahawk untuk penempatan paling cepat pada 2026.