REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laporannya baru-baru ini menyebutkan Kerajaan Arab Saudi menjadi salah satu negara teratas di dunia dalam mengurangi konsumsi garam. Arab Saudi juga menjadi negara pertama di dunia dan wilayah Arab yang memberlakukan undang-undang dan langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi garam berlebih.
Tujuannya meningkatkan nilai gizi produk pangan dan mensosialisasikan pola gizi sehat di masyarakat untuk menjaga kesehatan warga dan penduduk. Otoritas Makanan dan Obat Saudi (SFDA) mendorong produsen dan importir makanan untuk mengurangi kandungan garam dari 24 jenis makanan. Caranya dengan mengadopsi standar pedoman maksimum untuk garam dalam produk makanan.
Dilansir dari Saudi Gazette, Selasa (21/3/2023), otoritas juga telah memberlakukan beberapa peraturan terhadap produsen dan importir makanan. Hal yang paling signifikan adalah menetapkan batasan wajib kadar garam pada semua jenis roti satu gram per 100 gram roti dan batasan wajib jumlah garam dalam makanan bayi dan anak serta minuman susu tidak melebihi satu gram per 100 mililiter.
SFDA sedang melakukan studi lapangan dan membuat strategi untuk secara bertahap mengurangi konsumsi garam per kapita melalui beberapa tahapan. Hal ini sebagai respons terhadap penyakit kronis akibat konsumsi garam, yang diyakini sebagai penyumbang utama tekanan darah tinggi dan strok serta penyakit jantung yang menyebabkan kematian.
Menurut laporan terbaru dari organisasi internasional, Timur Tengah memiliki tingkat konsumsi garam yang sangat tinggi. Rata-rata konsumsi per kapita lebih dari 12 gram per hari. Negara-negara disarankan mengambil langkah yang diperlukan untuk secara bertahap mengurangi konsumsi garam hingga lima gram per hari untuk meningkatkan kesehatan masyarakat.