REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Serbuan pakaian bekas impor dinilai membahayakan bisnis pabrik tekstil dan garmen lokal. Apalagi, pabrik tekstil dan garmen sedang berusaha bangkit dari keterpurukan pascapandemi.
Desainer asal Yogyakarta, Hadriani Ahmad Sofiyulloh (Sofie), menyebut serbuan pakaian bekas sangat dilematis karena menguntungkan di satu sisi sekaligus merugikan di sisi lain. Serbuan pakaian bekas akan sangat merugikan pelaku UMKM yang sudah lama menggeluti bisnis fashion. Namun, hal ini juga menguntungkan bagi pelaku bisnis thrift shop di Indonesia.
"Yang dirugikan paprik tekstil yang berusaha bangkit dari keterpurukan pascapandemi," kata Sofie kepada Republika.co.id, Selasa (21/3/2023).
Sofie mengusulkan pemerintah menghentikan impor pakaian bekas demi mendukung pabrik tekstil dan garmen yang memproduksi pakaian lokal. Jika melihat penjualan di marketplace, penjual pakaian bekas biasanya memberi harga yang murah sekali.
"Di foto apa, yang kirim bajunya apa. Itu pemicu keterpurukan," ujar dia.
Meski demikian, Sofie mengatakan bisnis fashion memang memiliki segmen masing-masing. Menurut dia, serbuan pakaian bekas tidak akan memberi dampak penjual yang memiliki segmen menengah ke atas.
"Segmennya menengah ke bawah akan bersaing sekali," kata dia.