Kamis 23 Mar 2023 03:32 WIB

AS Tentang Negara yang Ingin Normalisasi Hubungan dengan Suriah

Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed menerima kunjungan Bashar al-Assad.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Presiden Suriah Bashar al-Assad mendengarkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, Rabu (15/3/2023). Amerika Serikat (AS) kembali menyuarakan penentangan terhadap negara-negara yang ingin melakukan normalisasi hubungan dengan Suriah.
Foto: EPA-EFE/VLADIMIR GERDO/SPUTNIK/KREMLIN
Presiden Suriah Bashar al-Assad mendengarkan Presiden Rusia Vladimir Putin saat pertemuan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, Rabu (15/3/2023). Amerika Serikat (AS) kembali menyuarakan penentangan terhadap negara-negara yang ingin melakukan normalisasi hubungan dengan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) kembali menyuarakan penentangan terhadap negara-negara yang ingin melakukan normalisasi hubungan dengan Suriah. Hal itu disampaikan setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad melakukan kunjungan ke Uni Emirat Arab (UEA) yang notabene sekutu AS di Timur Tengah.

“Kami tidak akan melakukan normalisasi dengan rezim Assad dan kami juga tidak akan mendorong orang lain yang tidak memiliki kemajuan autentik dan abadi menuju resolusi politik,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Vedant Patel kepada awak media, Selasa (21/3/2023), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

“Kami terus mendesak siapapun yang terlibat dengan Damaskus untuk mempertimbangkan dengan tulus dan menyeluruh bagaimana keterlibatan mereka dapat membantu memenuhi kebutuhan warga Suriah di mana pun mereka tinggal,” ujar Patel menambahkan.

Pada Ahad (19/3/2023) lalu, Presiden UEA Sheikh Mohamed bin Zayed menerima kunjungan Bashar al-Assad di negaranya. Pada kesempatan itu, Sheikh Mohamed menyampaikan bahwa sudah waktunya Suriah kembali ke pangkuan Arab. Itu merupakan kunjungan kedua Assad ke Abu Dhabi dalam dua tahun. Kunjungan pertama Assad terlaksana pada Maret 2022 lalu.

Sejak dibekap konflik sipil pada 2011, Suriah dikeluarkan dari Liga Arab. Negara anggota Liga Arab juga mengecam Assad karena gagal bernegosiasi dengan pihak oposisi dan menggunakan kekuatan militer berlebihan untuk membungkam mereka. 

Pada Desember 2018, mantan presiden Sudan Omar al-Bashir mengunjungi Suriah dan bertemu Bashar al-Assad. Dia menjadi pemimpin negara anggota Liga Arab pertama yang mengunjungi Damaskus sejak Suriah didera konflik sipil. Dalam kunjungan itu, al-Bashir mengungkapkan harapannya bahwa Suriah dapat segera memulihkan peran pentingnya di kawasan. Ia juga menegaskan kesiapan Sudan membantu semua hal yang dibutuhkan untuk mengembalikan integritas teritorial Suriah.

Sejak saat itu, sejumlah negara anggota Liga Arab lainnya mulai mencairkan hubungannya kembali dengan Suriah. Pada akhir 2018, UEA dan Bahrain membuka lagi kantor misi diplomatiknya di Damaskus. Oman menjadi negara pertama yang mempekerjakan lagi duta besarnya untuk Suriah pada 2020.

Pada November 2021, Assad bertemu dengan menteri luar negeri UEA. Mereka menyerukan agar Suriah diterima kembali di Liga Arab. UEA adalah salah satu dari beberapa negara di kawasan yang mendukung kelompok pemberontak di Suriah. Namun peran Abu Dhabi terbilang kecil jika dibandingkan Arab Saudi dan Qatar. Hingga kini Riyadh dan Doha belum menjalin kembali hubungan dengan Damaskus.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement