MAGENTA -- Kota Bandung selain dikenal sebagai Paris Van Java dan Kota Asia-Afrika, juga terkenal dengan peristiwa heroiknya yang tercatat dalam sejarah. Peristiwa itu adalah Bandung Lautan Api yang terjadi pada 23 Maret 1946.
Saat itu, suasana Kota Bandung mencekam, sebabnya sekitar 200 ribu penduduk Bandung membakar kediaman mereka sendiri. Aksi bumi hangus Kota Bandung dilakukan sebagai taktik pasukan Republik Indonesia karena tidak sebanding dengan kekuatan Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).
Djoened Poesponegoro dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI (2008) menuliskan peristiwa Bandung Lautan Api diawali dengan datangnya pasukan Sekutu pada 12 Oktober 1945. Pada mulanya niat mereka datang hanya untuk membebaskan tentara Sekutu dari tahanan Jepang.
Namun, NICA membonceng pasukan Sekutu dan ingin menguasai Indonesia lagi. Merasa dibohongi, prajurit dan rakyat Indonesia marah pada saat itu. Penyerangan-penyerangan ke markas NICA dan sekutunya mulai dilakukan.
Pada 27 November 1945, panglima perang Sekutu Kolonel MacDonald memberi ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat Datuk Djamin agar rakyat dan tentara Indonesia segera mengosongkan wilayah Bandung Utara. Jika sampai 29 November 1945 pukul 12.00 perintah itu tidak dipenuhi, Sekutu akan bertindak keras.
Ultimatum diberikan karena pada malam 24 November 1945, Tentara Republik Indonesia (TRI) melakukan penyerangan markas–markas Sekutu di Bandung bagian utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger yang menjadi markas besar Sekutu.
Karena perintahnya tidak digubris, pada 17 Maret 1946, Panglima Tertinggi Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di Jakarta, Letnan Jenderal Montagu Stopford memperingatkan Soetan Sjahrir selaku Perdana Menteri RI agar militer Indonesia segera meninggalkan Bandung Selatan sampai radius 11 kilometer dari pusat kota.
Ultimatum itu tak membuat nyali penduduk Bandung dan TRI menjadi ciut. Komandan TRI Kolonel AH Nasution yang menolak tunduk dari penjajah memerintahkan untuk membumihanguskan Kota Bandung dan segera mengungsikan rakyat. Warga Bandung yang hendak meninggalkan rumah diperintahkan membakarnya terlebih dahulu.
Sebenaranya, TRI merencanakan bumi hangus Kota Bandung pada 24 Maret 1945 pukul 24.00 WIB. Namun, pada 23 Maret pukul 20.00 WIB, dinamit pertama telah meledak di Gedung Indische Restaurant. Sudah tanggung menyerang, pasukan TRI tetap meledakkan gedung-gedung dan membakar rumah-rumah warga di Bandung Utara sampai esok harinya. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.
Penyerangan itu menewaskan seorang pejuang sekaligus komandan Barisan Rakyat Indonesia (BRI) Mohammad Toha. Usia Toha saat itu masih 19 tahun.
Namun, nyalinya untuk meledakkan gudang amunisi milik tentara Sekutu yang berisi 18 ribu ton bahan peledak dan ribuan persenjataan lainnya luar biasa beraninya. Toha gugur di usia muda bersama ledakan tersebut.
Kemudian, pada 26 Maret 1946, istilah Bandung Lautan Api muncul di harian Suara Merdeka yang ditulis wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman. Awalnya tulisan itu diberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Karena kurangnya ruang untuk tulisan judul, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.
Peristiwa sejarah ini juga menjadi inspirasi pencipta lagu Ismail Marzuki menciptakan Halo, Halo Bandung.
Berikut lirik lagu Halo, Halo Bandung.
Halo-halo Bandung ibu kota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali
(MHD)