Rabu 29 Mar 2023 17:11 WIB

Penderita Toxic Shame Sulit Bahagia, Kenali Ciri-cirinya

Apa yang dimaksud toxic shame dan apa ciri-cirinya?

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Qommarria Rostanti
Pengidap toxic shame. Seseorang yang mengalami toxic shame akan merasa sulit bahagia.
Foto: Republika
Pengidap toxic shame. Seseorang yang mengalami toxic shame akan merasa sulit bahagia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Toxic shame bisa membawa dampak buruk bagi kesejahteraan hidup serta memberikan dampak serius bagi kesehatan mental dan fisik. Tak jarang, orang yang mengalami toxic shame sulit untuk merasakan bahagia.

Apa itu sebenarnya toxic shame? Secara umum, toxic shame terjadi ketika seseorang merasa sangat rendah diri dan dan tak berharga. Orang yang mengalami toxic shame bisa secara terus-menerus menyalahkan diri atas sesuatu yang terjadi.

Baca Juga

Sebagai contoh, orang-orang yang melakukan kesalahan di tempat kerja mungkin akan merasa malu dan bersalah. Namun, mereka dapat kembali bangkit dan perasaan malu atau bersalah tersebut bisa berangsur hilang.

Dalam situasi serupa, orang yang mengalami toxic shame akan terus menerus mengalami rasa malu dan hina meski kesalahan yang dia lakukan sudah lama terjadi. Perasaan negatif ini bisa tetap muncul meski dia mungkin sudah memiliki performa yang lebih baik dan mendapatkan masukan yang membangun.

Toxic shame sering kali muncul karena seseorang kerap diremehkan berulang kali. Sebagai contoh, toxic shame bisa muncul karena seseorang kerap diperlakukan dengan buruk dan dihukum karena beragam alasan yang mungkin tak masuk akal oleh orang tuanya di masa kecil.

Toxic shame juga bisa muncul dari sebuah hubungan abusive dengan pasangan yang kerap melakukan gaslighting. Gaslighting merupakan perilaku memanipulasi orang lain agar orang tersebut meragukan hal yang dia alami atau rasakan.

Berbagai perlakuan buruk ini dapat membuat seseorang merasa bahwa dia lebih rendah dibandingkan orang lain. Bila perlakuan buruk ini terjadi dalam waktu yang lama, seseorang bisa benar-benar meyakini bahwa dia memang lebih rendah dan hina dibandingkan orang lain.

Secara mental, toxic shame bisa meningkatkan stres, memunculkan kecemasan yang intens, dan bahkan menyebabkan depresi. Sedangkan secara fisik, toxic shame dapat membuat penderitanya mengalami masalah tidur, baik itu terlalu banyak tidur atau terlalu sedikit tidur, hingga mengalami gangguan makan.

Seperti dilansir Cnet, orang dengan toxic shame bisa mengalami beberapa gejala. Berikut ini adalah beberapa gejala yang patut diwaspadai:

1. Melihat dan bicara mengenai diri sendiri secara negatif

2. Mempertanyakan nilai diri

3. Takut terlihat bodoh

4. Secara terus-menerus khawatir mengenai pandangan orang lain terhadap diri sendiri

5. Mempertanyakan semua hal yang dilakukan oleh diri sendiri

6. Mencoba untuk menjadi perfeksionis.

Meski terasa berat, orang-orang yang mengalami toxic shame perlu mengetahui bahwa mereka memiliki kekuatan untuk merubah kondisi tersebut. Berikut ini adalah enam hal yang bisa dilakukan untuk memutus rantai toxic shame yang membelenggu.

Jurnal perasaan

Buat sebuah jurnal untuk mencatat beragam jenis perasaan yang dialami dalam satu hari. Tulis pula hal-hal yang terjadi di hari tersebut. Seiring waktu, catatan ini bisa membantu penderita toxic shame untuk mengenali perasaan diri dengan lebih baik.

Kenali pemicu

Dari jurnal perasaan, penderita toxic shame juga bisa mengenali hal-hal apa saja yang mungkin memicu timbulnya perasaan hina dan benci kepada diri sendiri. Setelah mengenali pemicunya, orang dengan toxic shame bisa lebih mudah untuk mencari jalan keluar dalam mengantisipasi pemicu tersebut.

Cintai diri

Mencintai diri sendiri bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh orang dengan masalah toxic shame. Coba ceritakan masalah ini dengan orang terdekat yang bisa dipercaya. Kehadiran orang terdekat bisa membantu penderita toxic shame untuk belajar menunjukkan cinta kasih kepada diri sendiri.

Praktik mindfulness

Menerapkan meditasi dan praktik mindfulness dapat membantu menjaga pikiran tetap positif. Alasannya, kedua hal ini bisa meringankan stres dan beragam pikiran negatif. Hal ini bisa terjadi karena meditasi dan praktik mindfulness akan memusatkan otak pada hal-hal yang memunculkan rasa damai.

Pikirkan sebaliknya

Orang dengan toxic shame bisa memiliki banyak pikiran negatif di kepala mereka. Beberapa contohnya adalah merasa diri sendiri tak pernah cukup baik atau semua hal buruk terjadi karena kesalahan dirinya.

Ketika pemikiran negatif tersebut muncul, jangan menerimanya sebagai fakta secara mentah-mentah. Sebaliknya, coba pikirkan hal yang berlawanan seperti diri sendiri sudah cukup baik, pikirkan bahwa diri sendiri berharga, meski hati mungkin akan menolak pikiran positif tersebut. Jangan lupa biasakan untuk mengapresiasi diri setelah berhasil melakukan suatu hal, meski hal tersebut adalah hal kecil.

Minta bantuan

Bagi sebagian orang, toxic shame sangat sulit untuk dihadapi seorang diri. Dalam kondisi seperti ini, ada baiknya mencari pertolongan tenaga kesehatan mental profesional. Bila memungkinkan, libatkan pula keluarga atau teman yang bisa dipercaya selama proses memulihkan diri dari toxic shame

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement