REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktisi pendidikan anak usia dini (PAUD) dan kepala sekolah TK Kirana Jakarta Selatan Dian Hartiningsih menyambut baik seruan penghapusan tes baca, tulis, dan hitung (calistung) dari proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) pada SD/MI/sederajat. Menurut Dian, ini merupakan langkah yang tepat untuk menanamkan pondasi-pondasi yang dibutuhkan anak.
"Terus terang saya menyambut baik sekali. Itu menurut saya kunci sebagai pintu masuk agar para pendidik PAUD bisa mempunyai waktu, keleluasaan, dan sedikit kemerdekaan untuk menanamkan fondasi-fondasi yang memang dibutuhkan," kata Dian kepada Republika.co.id, Rabu (29/3/2023).
Dian mengatakan para guru di lapangan ingin menerapkan sejumlah pembelajaran projek. Namun, itu terhalang dengan tuntutan orang tua, anak harus bisa baca tulis.
Tuntutan orang tua itu berasal dari syarat masuk SD yang telah ditetapkan. Akhirnya, mau tidak mau para guru mengejar target tersebut.
"Dengan adanya seruan menghapus baca tulis ini akhirnya, alhamdulillah kami praktisi PAUD tidak terlalu mempunyai target itu. Kami bisa fokus ke hal yang memang dibutuhkan anak,” ujar dia.
Dian mengatakan kemampuan anak untuk bisa membaca dan menulis membutuhkan proses yang panjang. Sebelum dikenalkan huruf-huruf, ada proses yang disebut pra-literasi.
Menurut dia, kemampuan-kemampuan pra literasi harus dikuatkan terlebih dulu sebelum belajar mengenai simbol. "Ketika ada target baca tulis, pengennya anak bisa cepat baca. Sebenernya kemampuan anak bisa cepat, tetapi hasilnya mereka tidak paham maknanya. Akhirnya membaca hanya sekadar membaca," ucap dia.
Padahal, yang perlu ditanamkan pada anak adalah menumbuhkan rasa ingin tahu dan mencintai membaca. Untuk mencapainya, tentu membutuhkan proses. Salah satunya melalui bermain peran.