REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masjid Agung Sunda Kelapa di Menteng, Jakarta, menjadi rumah ibadah yang ramah anak dan ramah difabel karena sudah memiliki fasilitas yang mendukung kelompok rentan tersebut.
"Masjid ini punya tempat bermain untuk anak dan taman. Ada pula jalur khusus bagi difabel yang menggunakan kursi roda dan tersedia juga lift," kata Staf Khusus Sekretariat Masjid Agung Sunda Kelapa M Reno Fathur Rahman di Jakarta.
Reno mengatakan sebelumnya Masjid Agung Sunda Kelapa mendapatkan penghargaan berupa masjid ramah anak dari Dewan Masjid Indonesia atas upayanya memberikan tempat untuk anak-anak bermain. Dalam upaya tersebut Masjid Sunda Kelapa juga berusaha untuk tidak memarahi anak jika bercanda karena hal tersebut dinilai wajar dan menjadi tanda masjid yang aktif.
Selain itu, Masjid Agung Sunda Kelapa juga telah direnovasi sedemikian rupa agar lebih ramah difabel.
"Kita juga adakan pengajian khusus untuk teman-teman difabel bekerja sama dengan komunitas supaya kita juga bisa menaungi semua kalangan," kata Reno.
Dia mengatakan dengan membuat masjid ramah maka jamaah lebih betah datang ke masjid. "Masjid itu harus ramah. Ramah anak, difabel, juga kegiatan agar jamaah lebih betah datang ke masjid," kata Reno.
Ke depan, Masjid Agung Sunda Kelapa juga akan bekerja sama dengan komunitas tuna netra demi memberikan pelayanan yang maksimal selama beribadah di masjid. Selain itu, kegiatan yang diadakan di Masjid Agung Sunda Kelapa tidak selalu kegiatan yang berhubungan langsung dengan kegiatan agama seperti kajian dan ibadah lainnya.
Reno mengatakan, pengelola masjid baru saja bekerja sama dengan pihak layanan menonton film daring untuk peluncuran film terbarunya. "Masjid ini tidak tertutup, masjid kita ini masjid kolaborasi. Kita tidak menutup kemungkinan bekerja sama dengan siapa pun selama itu positif," kata Reno.
Reno mengatakan, pengelola juga berkolaborasi dengan jamaah yang berprofesi sebagai dokter dalam menyediakan layanan kesehatan gratis untuk masyarakat.
Di sisi lain, pengelola juga tidak meninggalkan acara-acara yang sudah ada sedari dulu di masjid. Acara rutin seperti ibadah tarawih, buka puasa bersama, pesantren kilat, kajian rutin, serta itikaf pun tetap dilaksanakan.
"Dakwah itu tidak selalu soal ceramah. Dengan berkegiatan di masjid dan menjadikan masjid sebagai pusat kegiatan itu juga termasuk dakwah," kata Reno.