Selasa 04 Apr 2023 09:51 WIB

OPEC Plus Pangkas Produksi Minyak, IHSG Dibuka Naik

IHSG bergerak naik ke 6.859,69 di awal perdagangan.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Friska Yolandha
Petugas membersihkan patung di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/6/2022). bergerak naik ke 6.859,69 di awal perdagangan.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Petugas membersihkan patung di dekat layar yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (10/6/2022). bergerak naik ke 6.859,69 di awal perdagangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak variatif pagi ini Selasa (4/4/2023). Setelah bergerak naik ke 6.859,69 di awal perdagangan, sesaat kemudian IHSG berbalik arah ke zona merah dan terpangkas hingga setengah persen ke level 6.790,70.

Phillip Sekuritas Indonesia mengatakan, pergerakan IHSG sejalan dengan indeks Asia pagi ini yang dibuka datar (sideway) dengan kecenderungan menguat tipis. Sementara indeks saham utama Wall Street semalam ditutup beragam dengan S&P 500 dan NASDAQ mencatatkan penurunan.

Baca Juga

"Kenaikan tajam harga saham di sektor Energi berhasil mengimbangi kejatuhan harga saham di sektor Teknologi setelah lonjakan harga minyak mentah mengancam menamabah tekanan pada inflasi," kata Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Selasa (4/4/2023).

Arab Saudi bersama negara-negara produsen minyak lain yang tergabung dalam OPEC+ telah mengumumkan pemangkasan produksi sekitar 1,16 juta barel per hari mulai Mei hingga akhir tahun 2023. Langkah ini membangkitkan kekhawatiran bank sentral AS akan mempertahankan kenaikan suku bunga untuk waktu yang lebih lama.

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 6 bps menjadi 3,41 persen setelah data memperlihatkan aktivitas sektor manufaktur AS anjlok ke level terendah dalam hampir tiga tahun.

Di pasar komoditas, harga emas reli sekitar satu persen seiring dengan melemahnya nilai tukar dolar AS. Pemangkasan produksi oleh OPEC+ telah membangkitkan ketakutan mengenai inflasi yang berkepanjangan serta memicu ketidakpastian mengenai respons dari Federal Reserve.

Untuk hari ini, investor mengantisipasi keputusan suku bunga acuan oleh bank sentral Australia atau Reserve Bank of Australia (RBA). Sementara itu, Korea Selatan melaporkan tingkat inflasi (CPI) Maret turun menjadi 4,2 persen yoy dari 4,8 persen yoy di bulan Februari dan sedikit di bawah ekspektasi, 4,3 persen yoy.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement