Senin 10 Apr 2023 16:34 WIB

Kementerian PPPA Apresiasi AG tak Dihadirkan dalam Sidang Vonis

Kementerian PPPA mengapresiasi JPU tidak menghadirkan AG ke dalam ruang sidang vonis.

Rep: Rizky Suryarandika/ Red: Bilal Ramadhan
Terdakwa AG (tengah) digiring usai menjalani sidang vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (10/4/2023). Kementerian PPPA mengapresiasi JPU tidak menghadirkan AG ke dalam ruang sidang vonis.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Terdakwa AG (tengah) digiring usai menjalani sidang vonis di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (10/4/2023). Kementerian PPPA mengapresiasi JPU tidak menghadirkan AG ke dalam ruang sidang vonis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) menghargai vonis 3,5 tahun yang diketok Hakim Sri Wahyuni Batubara terhadap AG (15 tahun). Vonis ini lebih rendah dari tuntutan empat tahun penjara yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU). 

AG terjerat kasus penganiayaan terhadap Cristalino David Ozora (17 tahun) hingga berstatus sebagai Anak Berkonflik dengan Hukum (AKH).

Baca Juga

"Kami menghormati putusan Hakim terhadap AKH AG," kata Deputi Perlindungan Khusus Anak KPPPA, Nahar kepada Republika pada Senin (10/4/2023). 

KPPPA mendukung penerapan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (UU SPPA) di perkara ini. Lewat aturan itu, AG diuntungkan hingga tak perlu menunjukkan batang hidung saat sidang vonis. 

AG hanya menyimak pembacaan vonis dari ruang tunggu anak. Vonis ini lantas disaksikan JPU, pengacara terdakwa anak AG dan pengacara korban David. 

"Sidang pembacaan putusan yang tidak hanya putusannya yang lebih ringan dari tuntutan JPU, tetapi juga tidak menghadirkan langsung AKH dalam persidangan, telah sesuai dengan amanah Pasal 61 Ayat (1) UU 11 Tahun 2012 tentang SPPA, dan memperhatikan kepentingan terbaik anak," ujar Nahar. 

Lewat putusan tersebut, AG telah resmi dinyatakan bersalah dalam kasus tindak penganiayaan berat yang direncanakan oleh tersangka MDS (20) dan SL (19) terhadap David pada 20 Februari 2023. Selanjutnya AG menjalani masa pidananya di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). 

"Kami berharap anak juga berhak memperoleh pembinaan, pembimbingan, pengawasan, pendampingan, diklat, serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan yang berlaku," ucap Nahar. 

Atas perbuatannya, AG terbukti melanggar Pasal 355 Ayat (1) KUHP juncto Pasal 55 Ayat (1) Ke-1 KUHP dalam dakwaan pertama primer penuntut umum.

Diketahui, Polda Metro Jaya telah menahan dan menetapkan Mario Dandy Satriyo dan Shane Lukas sebagai tersangka. Keduanya tinggal menunggu disidangkan dalam perkara yang sama dengan AG.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement