Rabu 12 Apr 2023 10:09 WIB

Pengamat: Jika Anas Serang SBY, Sudah tak Banyak Pengaruhnya

Demokrat saat ini dinilai sudah lepas dari pengaruh Anas.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Teguh Firmansyah
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyapa kerabat dan simpatisan usai bebas dari Lapas Kelas 1 Sukamiskin, Jalan A.H. Nasution, Arcamanik, Kota Bandung, Selasa (11/4/2023). Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum resmi bebas bersyarat dari Lapas Kelas 1 Sukamiskin usai menjalani hukuman penjara sejak tahun 2014 lalu. Anas Urbaningrum menjalani program cuti menjelang bebas (CMB) dengan tetap wajib lapor ke Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas 1 Bandung.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum menyapa kerabat dan simpatisan usai bebas dari Lapas Kelas 1 Sukamiskin, Jalan A.H. Nasution, Arcamanik, Kota Bandung, Selasa (11/4/2023). Mantan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum resmi bebas bersyarat dari Lapas Kelas 1 Sukamiskin usai menjalani hukuman penjara sejak tahun 2014 lalu. Anas Urbaningrum menjalani program cuti menjelang bebas (CMB) dengan tetap wajib lapor ke Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas 1 Bandung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat politik Dedi Kurnia Syah menilai pesona dan pengaruh Anas Urbaningrum saat ini telah berkurang cukup banyak. Karena itu, Dedi menyebut jika Anas kembali bersuara terkait kasusnya dan menyerang Partai Demokrat tidak akan memiliki banyak pengaruh.

"Jika pun Anas benar akan bersuara menyerang Demokrat atau SBY, tidak akan banyak pengaruhnya bagi pemilih, utamanya karena Demokrat hari ini sudah dilekatkan dengan kepemimpinan baru yakni AHY (Agus Harimurti Yudhoyono," ujar Dedi dalam keterangannya kepada Republika.co.id, Rabu (12/4/2023).

Baca Juga

Dedi berpendapat Anas bisa saja akan bersuara soal kasus yang membuatnya dipenjara, tetapi itu hanya akan sebatas ungkapan kekesalan jika memang Anas bukan pelaku utama dan merasa dikorbankan.

Hanya saja, suara Anas tidak akan membuka sesuatu yang baru mengingat kasus yang menjeratnya cukup panjang dan telah banyak diungkap Bendahara Demokrat masa itu.

Kedua, pemilih yang potensial dan simpati pada Anas saat ini sudah sebagian besar tidak berada di Demokrat. Menurutnya, kejatuhan Demokrat pasca-Pemilu 2009 adalah imbas kasus rasuah yang menyeret Anas.

Namun, kebangkitan Demokrat tahun-tahun ini lebih mungkin karena faktor kepemimpinan AHY. "Artinya Demokrat secara psikologis sudah terlepas dari Anas secara menyeluruh, baik di tingkat elite maupun pemilih," ujarnya.

Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) ini menyimpulkan terlalu jauh mengkhawatirkan Anas sampai mempengaruhi koalisi perubahan yang kini dibangun Demokrat, PKS dan Partai Nasdem. Apalagi, Anas saat ini juga sedang berjuang di partai barunya Partai Kebangkitan Nasional (PKN).

"Untuk membuat PKN masuk daftar partai yang banyak loloskan anggota DPRD kota atau kabupaten saja masih terkesan sulit, apalagi sampai dianggap bisa pengaruhi koalisi partai mapan," katanya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement