Jumat 14 Apr 2023 17:40 WIB

Mahkamah Agung AS Tolak Hapus Utang Mahasiswa Senilai 6 Miliar Dolar

Mahkamah Agung AS hentikan penyelesaian hukum soal penghapusan utang mahasiswa

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Mahkamah Agung AS pada Kamis (13/4/2023) menolak untuk menghentikan penyelesaian hukum yang akan menghapus utang senilai lebih dari 6 miliar dolar AS oleh mantan mahasiswa perguruan tinggi.
Foto: EPA-EFE/MICHAEL REYNOLDS
Mahkamah Agung AS pada Kamis (13/4/2023) menolak untuk menghentikan penyelesaian hukum yang akan menghapus utang senilai lebih dari 6 miliar dolar AS oleh mantan mahasiswa perguruan tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mahkamah Agung AS pada Kamis (13/4/2023) menolak untuk menghentikan penyelesaian hukum yang akan menghapus utang senilai lebih dari 6 miliar dolar AS oleh mantan mahasiswa perguruan tinggi. Banyak dari perguruan tinggi itu adalah lembaga nirlaba.

Para hakim menolak permintaan dari tiga perguruan tinggi yang menuntut penyelesaian antara Departemen Pendidikan AS dan peminjam, dengan klaim pelanggaran substansial. Tiga perguruan tinggi yang diidentifikasi dalam penyelesaian yaitu Lincoln Educational Services Corp, American National University, dan organisasi nirlaba Everglades College Inc. Sekitar 3.500 peminjam yang berhak atas pelunasan pinjaman otomatis mengikuti penyelesaian di salah satu dari tiga perguruan tinggi tersebut.

Keputusan itu terpisah dari kasus yang tertunda di pengadilan tinggi atas legalitas rencana Presiden Joe Biden untuk membatalkan utang mahasiswa senilai 430 miliar dolar AS untuk sekitar 40 juta peminjam.  Putusan dalam kasus itu diharapkan pada akhir Juni.

Sengketa terbaru berasal dari penyelesaian class action di mana Departemen Pendidikan secara otomatis akan membatalkan utang kepada hampir 200.000 peminjam yang menempuh pendidikan di 151 perguruan tinggi. Direktur Litigasi di Project on Predatory Student Lending, Eileen Connor, mengatakan, sejumlah perguruan tinggi telah dituduh meningkatkan pendaftaran melalui taktik penjualan yang agresif, serta misrepresentasi tentang kualitas penawaran akademik mereka, termasuk prospek karier lulusan dan peluang jaringan.