REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nabi Muhammad SAW pernah diancam dibunuh. Orang yang mengancam pembunuhan tersebut ialah Ghaurats bin Harits, yang berasal dari suku Badui dari Bani Muharib.
Kisah itu ada dalam kitab al Bidayah wa al Nihayah karya Ibnu Katsir, dengan judul Kisah Ghaurats bin Harits.
Suatu ketika, Ghaurats memberitahu kepada orang-orang dari Bani Muharib dan Ghatafan tentang apakah dirinya harus membunuh Nabi Muhammad. Lalu mereka bertanya soal bagaimana cara membunuhnya. "Aku akan membunuhnya," kata Ghaurats.
Upaya pembunuhan Nabi Muhammad oleh Ghaurats itu terjadi ketika Nabi SAW bersama pasukannya melakukan perjalanan ke daerah Najd untuk sebuah peperangan. Ini terjadi pada bulan Rabiul Awal 7 Hijriah.
Dua hari perjalanan pun ditempuhnya, hingga kemudian Nabi dan pasukan istirahat di Nakhl yang tak jauh dari Ghatafan.
Saat itulah, Ghaurats menyelinap ke perkemahan pasukan Muslim, dan ia melihat Nabi tidur di bawah pohon. Pedang Nabi ada di pangkuannya, yang kemudian langsung diambil oleh Ghaurats, lalu berkata sambil mengacungkan pedang itu, "Lihatlah pedangmu ini?"
Ghaurats berkata lagi, "Wahai Muhammad, takutkah engkau denganku?"
Nabi Muhammad terbangun dan dengan tenangnya berkata, "Tidak, aku tidak takut padamu."
"Engkau tidak takut dengan pedang yang ada di tanganku ini?," kata Ghaurats.
"Tidak, Allah melindungiku darimu," kata Nabi SAW.
Setelah mendengar kata Allah, Ghaurats tergerak untuk menurunkan pedang itu dan mengembalikannya kepada Nabi Muhammad SAW.
Kemudian turunlah firman Allah SWT, "Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah nikmat Allah (yang diberikan) kepadamu, ketika suatu kaum bermaksud hendak menyerangmu dengan tangannya, lalu Allah menahan tangan mereka dari kamu. Dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah-lah hendaknya orang-orang beriman itu bertawakal." (QS Al Maidah ayat 11)
Kisah tersebut juga ada dalam dua kitab Shahih, sebagaimana diriwayatkan dari Jabir RA. Dalam riwayat Jabir ini terdapat penjelasan bahwa saat itu banyak pasukan yang kakinya melepuh dan bahkan kukunya terkelupas setelah melewati perjalanan yang panjang ini.
Di waktu istirahat tersebut, mereka pun mencari tempat bernaung di bawah pohon, termasuk Nabi Muhammad.
Saat Nabi tertidur itulah, ada orang Arab badui (Ghaurats) yang mengambil pedang Nabi dan menghunusnya ke arah beliau SAW.
Saat menghunuskan pedang Nabi SAW, Ghaurats berkata, "Siapa yang menghalangi engkau dariku?"
"Allah," kata Nabi SAW
Ghaurats berkata lagi, "Siapa yang mencegah engkau dariku?"
"Allah," kata Nabi SAW lagi. Mendengar kata Allah, amarah Ghaurats mereda dan dia pun duduk. Nabi SAW tidak menghukum Ghaurats.
Dalam riwayat berbeda, yang juga masih dari jalur Jabir RA, disebutkan bahwa pedang Nabi SAW yang dipegang oleh Ghaurats terjatuh ketika ia mendengar kata Allah yang disebut oleh Nabi SAW.
Lalu Nabi SAW bertanya ke Ghaurats, "Apakah kamu ingin bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah?"
"Tidak, tapi aku berjanji tidak akan memerangi engkau, dan aku tidak akan bersama orang-orang yang memerangi engkau," kata Ghaurats. Di situlah kemudian dilaksanakan sholat khouf empat rakaat, yang dilakukan dengan dua kali dua rakaat.