REPUBLIKA.CO.ID,RAMALLAH -- Warga Palestina mengutuk serangan berulang kali yang dilakukan Israel di Bab Al-Rahma, Masjid Al-Aqsa. Selain merusak situs tersebut, pasukan dan pendudukan Israel juga terus melakukan ancaman dan perlakuan kasar setiap harinya kepada Palestina.
Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh, mengatakan Bab Al-Rahma adalah bagian integral dari Al-Aqsa dan hanya Muslim yang berhak mengontrol urusannya. Tindakan penjarahan atas barang-barang dari kapel dan perusakannya oleh Israel tidak dapat diterima.
Anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina, Ramzi Khoury, mengatakan kelompok pemukim ekstremis mengibarkan bendera Israel di halaman Masjid Al-Aqsa dan melakukan ritual keagamaan pada Rabu (26/4/2023).
"Tindakan Israel ini merupakan agresi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kesucian Al-Aqsa, penodaan atas status agamanya, serta provokasi terhadap umat Islam di seluruh dunia,” ucap dia dikutip di Arab News, Kamis (27/4/2023).
Khoury menyebut, serangan berulang pasukan Israel terhadap Bab Al-Rahma tidak akan memberi Israel kedaulatan atas Masjid Al-Aqsa atau Yerusalem. Yerusalem adalah kota Palestina yang diduduki dengan kesucian Islam dan Kristennya, sesuai dengan resolusi legitimasi internasional yang relevan.
Presiden Dewan Nasional Palestina, Rawhi Fattouh, meminta komunitas internasional untuk mengekang kegilaan kriminal pemerintah Israel dan Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir.
Fattouh mengatakan penggerebekan tersebut merupakan pelanggaran mencolok terhadap tempat ibadah, sekaligus upaya untuk memberikan karakter religius pada konflik, yang mana akan menyulut wilayah tersebut dan meledakkan situasi.
Di sisi lain, Anggota Dewan Revolusi Fatah Osama Al-Qawasmi mengatakan, serangan pengecut dan provokatif terhadap Bab Al-Rahma hanyalah bagian dari kampanye sistematis Israel untuk Yahudisasi Yerusalem.
Juru bicara Kepresidenan Palestina, Nabil Abu Rudeineh, mengatakan vandalisme Israel menegaskan pemerintah ekstremis sedang mencari cara untuk meledakkan situasi. “Kebijakan destruktif ini berusaha menghancurkan upaya regional atau internasional untuk memberikan stabilitas dan mencegah memburuknya situasi,” kata dia.
Abu Rudeineh juga mengatakan bahwa Israel saat ini tengah bermain api, karena kapel gerbang Al-Rahma merupakan bagian integral dari Masjid Al-Aqsa.
Polisi Israel dilaporkan menyerbu Bab Al-Rahma selama empat hari berturut-turut di tengah pencarian di sekitarnya. Sebelumnya, mereka juga disebut memutus pasokan listrik dan merusak instalasi di dalam kapel.
Warga Palestina membuka kapel Gate of Mercy pada Februari 2019, setelah ditutup oleh otoritas Israel selama 16 tahun. Bani Umayyah membangun Bab Al-Rahma sekitar 1.300 tahun yang lalu, sebagai pintu penghubung antara Tembok Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa timur.
Situs tersebut terbengkalai setelah pendudukan Israel di Al-Aqsa pada 1967. Setelahnya pada 1992, situs tersebut mengalami pemulihan yang luar biasa berkat Komite Warisan Islam yang meluncurkan kegiatan keagamaan dan sosial di sana. Namun, otoritas Israel melarang acara tersebut pada 2003 dan menutup kapel sepenuhnya.
Selama tiga tahun terakhir, polisi Israel terus memasuki ruang shalat dengan mengenakan sepatu. Polisi juga telah mendirikan titik pemantauan di atas kapel dan di dekatnya.
Direktur Departemen Wakaf Islam yang mengawasi Masjid Al-Aqsa dan berafiliasi dengan Yordania, Azzam Al-Khatib, mengatakan kepada sejak Idul Fitri polisi Israel telah menyerbu Bab Al-Rahma, setidaknya dua atau tiga kali sehari.
“Mereka tidak menganggapnya sebagai kapel, melainkan lokasi biasa di Masjid Al-Aqsa dan kami tahu keserakahan para ekstremis tentang Al-Aqsa dan Bab Al-Rahma,” ujar Al-Khatib. Dia mengatakan Bab Al-Rahma adalah bagian dari Al-Aqsa dan otoritas Israel tidak berhak mencampuri urusannya.
Direktur Masjid Al-Aqsa, Omar Al-Kiswani, mengatakan otoritas Israel telah menolak untuk memberi izin pekerjaan restorasi kapel yang sangat membutuhkan perbaikan internal dan eksternal.
Selama ini, polisi Israel disebut-sebut sering melecehkan jemaah dengan ancaman deportasi, penggeledahan tas, serta penyitaan makanan dan balon yang dimaksudkan untuk dibagikan kepada anak-anak.
Mereka juga melarang menempatkan penghalang kayu yang memisahkan barisan shalat laki-laki dan perempuan, serta telah berulang kali menyita rak sepatu.
Orang-orang Yahudi ekstremis, yang percaya mesias yang ditunggu akan masuk melalui Bab Al-Rahma di akhir zaman, berusaha mengubah kapel ini menjadi sinagog. Namun, pembukaannya baru-baru ini telah memupus harapan mereka.
Al-Kiswani mengatakan para penyusup berusaha untuk memotong kapel dari Masjid Al-Aqsa. Namun, dia mengatakan otoritas Israel tidak mungkin menutup kapel lagi mengingat reaksi keras Palestina di masa lalu.
Sumber:
https://www.arabnews.com/node/2293376/middle-east