Senin 01 May 2023 17:08 WIB

Tiga Macam Jiwa Menurut Ibnu Sina

Ibnu Sina menjelaskan tiga macam jiwa.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
 Tiga Macam Jiwa Menurut Ibnu Sina. Foto:  Ibnu Sina (ilustrasi).
Foto: salem-news.com
Tiga Macam Jiwa Menurut Ibnu Sina. Foto: Ibnu Sina (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Imuwan dan filsuf muslim, Ibnu Sina mengungkapkan bahwa jiwa (nafs) memiliki tingkatan-tingkatan dan ada nama-namanya. Menurut di, jiwa merupakan jauhar atau substansi yang bukan materi dan bukan pula menempel pada materi lain.

Ibnu Sina mengatakan, jauhar itu berwujud ruhaniah (immaterial) yang bersemayam dalam tubuh dan dapat mengendalikan tubuh secara langsung. Jiwa menjadi sebab hidup dan penggerak dan pengendali tubuh. Dalam hal ini tubuh atau badan mempunyai peran ambivalen terhadap jiwa manusia.

Baca Juga

Lebih lanjut, Ibnu Sina menjelaskan, jiwa itu terdiri atas tiga macam, yaitu jiwa nabati (an-nafs an-nabatiyyah), jiwa hewani (an-nafs al-Hayawaniyah), dan jiwa insani/malaki (an-nafs al-insaniyyah/al-malakiyyah).

Jiwa nabati adalah kesempurnaan (figur) awal bagi benda alami yang hidup, tumbuh, dan berkembang. Jiwa hewani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang hidup dan mengetahui hal-hal yang kecil dan bergerak dengan iradah (kehendak).

Sementara, jiwa insani adalah kesempurnaan awal bagi benda yang ingin hidup dan melakukan perbuatan berlandaskan potensi akal dan pikiran serta mengetahui hal-hal yang bersifat umum. “Jiwa insani inilah yang dinamakan ruh,” kata Ibnu Sina dalam buku “Psikologi Islam: Rujukan Utama Ilmu Psikologi Dunia” terbitan TuROS.

Lalu dilihat dari segi sifatnya, menurut Ibnu Sina, jiwa manusia terbagi dalam dua daya. Pertama, yaitu daya praktis (amaliyyah) yaitu daya yang ada hubungannya dengan gerakan fisik. Kedua, daya teoritis (nazhariyyah amaliyyah) yang kaitannya dengan hal-hal abstrak, yaitu pemikiran.

Di dalam jiwa manusia itu juga terdapat naluri pendorong, atau daya (quwwah) yang bekerja terprogram secara otomatis, dinamakan “daya nabati”. Sedangkan daya yang bekerja dengan maksud dan inisiatif tersebut dinamakan “daya hewani. Lalu, daya yang bekerja dengan maksud, inisitif, dan relasi dinamakan “daya Malaki”.

Ketiga quwwah di atas, yaitu nabati, hewani, dan malaki/insani, posisinya inheren dengan jiwa. Tetapi, ketiga daya itu tidak dapat didefinisikan dengan satu definisi yang dapat dipakai untuk ketiganya.

“Kalau ada orang yang sembarang mendefinisikan, ia tidak akan mungkin mendapatkan pengertian yang benar, karena akan rawan terjebak pada penggunaan nama umum untuk beberapa entitias yang berbeda dan akan terjadi yang namanya ekuivok," jelas Ibnu Sina.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement