Rabu 03 May 2023 10:24 WIB

Rupiah Menguat Dipicu Data Ekonomi AS yang Kurang Baik

Rupiah pada Rabu (3/5/2023) pagi naik lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp 14.709.

Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Rupiah pada Rabu (3/5/2023) pagi naik lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp 14.709 per dolar AS
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing VIP (Valuta Inti Prima) Money Changer, Jakarta, Selasa (4/10/2022). Rupiah pada Rabu (3/5/2023) pagi naik lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp 14.709 per dolar AS

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu menguat dipicu data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kurang baik. Rupiah pada Rabu (3/5/2023) pagi naik lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp 14.709 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.714 per dolar AS.

"Rupiah hari ini diperkirakan diperdagangkan menguat terhadap dolar AS karena data-data ekonomi AS menunjukkan pelemahan," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova kepada Antara di Jakarta, Rabu.

Baca Juga

Data ekonomi AS yang kurang baik tersebut meliputi data produk domestik bruto (PDB) kuartal pertama 2023 dan data tenaga kerja di bawah ekspektasi analis.

PDB AS naik 1,1 persen secara tahunan dalam tiga bulan pertama pada 2023, lebih rendah dari pertumbuhan 2,6 persen pada kuartal keempat tahun lalu.

Dolar jatuh pada akhir perdagangan Selasa (2/5/2023), setelah data menunjukkan bahwa lowongan kerja AS turun pada Maret, sehari sebelum Bank Sentral AS atau Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan tambahan 25 basis poin.

Lowongan pekerjaan AS turun untuk bulan ketiga berturut-turut dan pemutusan hubungan kerja (PHK) meningkat ke level tertinggi dalam lebih dari dua tahun, menunjukkan beberapa pelunakan di pasar tenaga kerja yang dapat membantu perjuangan Fed melawan inflasi.

Federal Reserve diperkirakan akan menaikkan suku bunga dengan tambahan 25 basis poin pada Rabu untuk memerangi inflasi, sementara Bank Sentral Eropa juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan regulernya pada Kamis (4/5/2023). Lebih banyak kenaikan suku bunga dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Sementara itu, Rully menuturkan data-data ekonomi domestik menunjukkan tren membaik diantaranya data inflasi April 2023. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi inti semakin menurun sejak awal tahun 2023 menjadi ke level 2,83 persen secara tahunan (year on year/yoy).

Inflasi inti menurun dari 2,94 persen (yoy) pada Maret 2023 menjadi 2,83 persen (yoy) pada April 2023.

Berdasarkan data historis, inflasi inti mulai menurun pada Januari 2023 menjadi 3,27 persen dari Desember 2022 yang sebesar 3,36 persen (yoy). Inflasi inti terus menurun menjadi 3,09 persen (yoy) pada Februari 2023 serta 2,94 persen (yoy) pada Maret 2023.

Ia memproyeksikan rupiah bergerak pada kisaran Rp 14.600 per dolar AS hingga Rp 14.700 per dolar AS. Pada Selasa rupiah ditutup turun 40 poin atau 0,27 persen ke posisi Rp 14.714 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.674 per dolar AS.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement