Jumat 05 May 2023 14:22 WIB

Kicauan Anti-Muslim di Twitter Spanyol Merusak Demokrasi

Kicauan ini merupakan bagian dari kaum nasionalis sayap kanan di Spanyol.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Logo Twitter.
Foto: AP Photo/Matt Rourke
Logo Twitter.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Salah satu orang yang mengoperasikan akun Twitter mengaku sebagai seorang fundamentalis Islam yang tinggal di Spanyol. Dia berempati dengan ekstremis menjurus pada kekerasan dan merindukan hari-hari ketika Muslim memerintah negara itu.

Pandangan tersebut sama palsunya dengan akun tersebut. Kicauan ini merupakan bagian dari upaya sederhana dan informal oleh kaum nasionalis sayap kanan di Spanyol.

Baca Juga

Kelompok ini menggunakan media sosial untuk membangkitkan semangat anti-Muslim dan anti-imigran serta merusak kepercayaan pada demokrasi multikultural Spanyol.

Dalam beberapa kasus, mereka mengeksploitasi aturan Twitter yang longgar untuk menyebarkan pesan kebencian dan ancaman kekerasan. Sementara di kasus lain, kelompok itu menyamar sebagai Muslim sebagai cara untuk melecehkan pengikut Islam yang sebenarnya.

Penyebaran berita dan akun palsu ini memanfaatkan kekuatan media sosial untuk berkomunikasi, mengoordinasikan, dan penginjilan. Mereka yang berada di belakang layar ini dikenal sebagai gerakan Reconquista.

Kelompok ini mengandalkan pedoman yang sama yang digunakan oleh ekstremis sayap kanan di Amerika Serikat (AS), Brasil, dan negara lain. Mereka telah menggunakan media sosial untuk memperluas bisnis kekuasaan dan merekrut pengikut baru.

Reconquista juga meminjam retorika yang sama yang digunakan oleh kelompok sayap kanan di AS, bahkan beberapa meme daring yang sama. Salah satunya menggunakan Pepe the Frog, amfibi yang digambar secara kasar yang telah menjadi maskot kelompok supremasi kulit putih dan antipemerintah di AS. Meme Reconquista, Pepe, ditampilkan mengenakan pakaian conquistador Spanyol abad ke-16.

Seperti di AS dan negara-negara lain, kaum nasionalis Spanyol telah menyebarkan klaim menyesatkan tentang eksploitasi anak-anak dan dugaan konspirasi untuk memberantas gagasan gender. Mereka juga mengkritik vaksin Covid-19, feminisme, upaya mengatasi perubahan iklim, dan dukungan untuk Ukraina setelah invasi Rusia.

Tumpang-tindih taktik dan kepentingan yang luar biasa bukanlah suatu kebetulan. Menurut salah satu pendiri Network Contagion Research Institute Joel Finkelstein, gerakan mereka mencerminkan cara kelompok sayap kanan di banyak negara belajar dari satu sama lain, meniru kesuksesan satu sama lain.

Kelompok yang mempelajari ekstremisme daring ini merilis laporan tentang Reconquista. Satu kekhawatiran, menurut Finkelstein, adalah bahwa retorika dapat menyebabkan kekerasan secara langsung.

“Ini adalah resep bencana. Di seluruh dunia kita melihat manifestasi yang berbeda dari jenis masalah yang sama. Semua benderanya berbeda, tetapi sungguh luar biasa betapa miripnya meme-meme itu," kata Finkelstein.

Reconquista mengambil namanya dari upaya sukses para pemimpin Kristen untuk merebut kembali sebagian besar Semenanjung Iberia dari penguasa Islam. Dia berhasil mengusir Muslim selama Abad Pertengahan.

Kondisi itu yang dianut oleh beberapa orang di sayap kanan. Mereka melihat penentangan terhadap Islam dan imigran sebagai sekuel yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk konflik berdarah selama berabad-abad itu.

Retorika anti-Muslim dari akun yang terkait dengan Reconquista melonjak setelah seorang pria Maroko menyerang dua gereja Katolik di selatan kota Algeciras pada Januari. Dia membunuh seorang petugas gereja dan melukai seorang pendeta.

Pria itu yang merupakan imigran tidak sah sekarang dipenjara di bangsal psikiatri penjara Spanyol menunggu hasil penyelidikan yudisial. Pihak berwenang yakin dia bertindak sendiri.

Banyak dari ancaman kekerasan terhadap Muslim yang menyebar di Twitter setelah serangan tersebut melanggar aturan platform. Dalam beberapa kasus, platform bertindak untuk menghapus konten atau menangguhkan penulisnya. Namun, sering kali mereka yang berada di balik konten hanya membuat akun baru beberapa hari setelah ditangguhkan.

Ditambah lagi, partai sayap kanan Vox membantu memopulerkan Reconquista secara daring. Mereka menggunakan istilah tersebut berulang kali di-tweet menjelang Pemilu 2019.

Partai yang anggotanya mengekspresikan pandangan anti-imigran yang kuat kini memegang 52 kursi. Jumlah ini adalah tiga terbesar di majelis rendah legislatif Spanyol yang beranggotakan 350 orang.

Akun Twitter partai tersebut juga sempat ditangguhkan pada 2020 karena menuduh para pengkritiknya mempromosikan pedofilia. Akun kembali ditangguhkan pada 2021 karena menghasut kebencian terhadap Muslim.

Pemimpin partai Vox Santiago Abascal telah membuat beberapa referensi tentang Reconquista, seperti yang dilakukan tahun lalu di sebuah tweet. “Hari ini adalah peringatan penaklukan kembali Granada, kenangan yang tak terhapuskan pada hari pemulihan seluruh wilayah nasional selesai setelah delapan abad invasi Islam,” tulisnya.

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement