Sabtu 06 May 2023 12:05 WIB

Tampil Depan Pengikut Loyalnya, Syekh Panji Gumilang Buat Pengakuan Soal Awal Al Zaytun

Syekh Panji Gumilang beberkan sejarah pendirian Al Zaytun

Rep: Mabruroh/ Red: Nashih Nashrullah
Pemimpin Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Zaytun Indramayu, Panji Gumilang. Syekh Panji Gumilang beberkan sejarah pendirian Al Zaytun
Foto: Antara/Dhoni Setiawan
Pemimpin Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Al Zaytun Indramayu, Panji Gumilang. Syekh Panji Gumilang beberkan sejarah pendirian Al Zaytun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mencuatnya kembali Pesantren Al Zaytun kembali setelah unggahan foto penyelenggaraan sholat Idul Fitri yang kontroversial. 

Namun tulisan kali ini bukan ingin membahas kontroversi tersebut, melainkan cerita awal mula berdirinya pesantren termegah di asia ini.

Baca Juga

Dalam tausiahnya pada Jumat (5/5/2023) di Masjid Rahmatan Lil’alamin di komplek pesantren yang juga disiarkan secara langsung melalui akun youtube Al-Zaytun Official dengan 27,4 ribu pengikut, Panji Gumilang menceritakan perjalanan panjangnya membangun Mahad Al-Zaytun. Panji Gumilang dalam ceramahnya usai sholat Jumat itu, menyebut dirinya sebagai Syekh.

 

 

“Pada 1980  Syekh melanglang buana, ke negeri tetangga, kurang lebih 10 tahun, setelah 10 tahun banyak bergaul dengan tokoh-tokoh nasional tempat syekh berada, baik perdana menterinya, menteri pendidikannya, ketua menterinya, dan menteri-menteri lokalnya syekh kenal. Yang syekh cari adalah mengapa bisa baik pendidikan di tempat ini?” ujar Panji Gumilang.

“Begitu 10 tahun berada di tempat itu, Syekh  menyerahkan mandat, SK, ketika itu pimpinan yang memegang organisasi itu, pimpinan kedua yang syekh kenal, syekh Sofwan Amini. Kemudian di dalam organisasi itu yang namanya Rabithah Al’ Alam Al Islami ada kawan se negara yaitu seorang ustad yang memegang sekretariat dan kebendaharaan di Rabithah Al’ Alam Al Islami. Beliau putra Madura dan di sana beliau mendirikan pesantren kemudian setelah bebas tugas dari lembaga organisasi yang sama, beliau pulang ke Madura,” ujar Panji.

“Singkat cerita setelah hampir 10 tahun kurang 2 bulan, syekh ketika itu di tempat itu menjadi presiden yang dinamakan presiden Perkisa, Perhimpunan keluarga sabah serawak. Brunei pun ikut walaupun tidak ada dalam nama itu tapi kita masukkan Brunei. Kemudian organisasi itu legal karena disahkan pemerintah setempat, jadi bukan dibentuk oleh konsul jenderal atau kedutaan besar Indonesia, tapi dibangun masyarakat Indonesia,” ceritanya.

Panji menuturkan telah menjadi presiden Perkisa selama dua periode. Hingga kemudian dia menyerahkan jabatan kepada penerusnya pada akhir 1989.

“Menyerahkan mandat kepengurusan Perkisa selesai, diadakan pemilihan, ganti pengurus, syekh tugas murninya yaitu dari Rabithah Al’ Alam AIslami, (setelah) menyerahkan mandat atau SK jangan diberikan salary (gaji) lagi , saya akan pulang ke Indonesia di mana aku di lahirkan di sana,” kata Panji.

Baca juga: Shaf Sholat Campur Pria Wanita di Al Zaytun, Ustadz Adi Hidayat Jelaskan Hukumnya

Sepulangnya di Indonesia, Panji mulai mencari teman untuk mewujudkan mimpinya membangun pusat pendidikan. Tentu saja kata dia, tidak lantas menemukan tempat di Indramayu, ada perjalanan panjang dan lika-liku yang dihadapinya untuk mencari lokasi dan izin pendirian.

“Syekh dan beberapa kawan mencari sampai ke ujung Jawa Timur yaitu  Banyuwangi, sudah hampir dapat, kemudian ada hal-hal yang tidak mendukung, kemudian kita mencari ke Jawa Barat bagian selatan, yaitu di puncak gunung masih masuk daerah Cianjur, juga tidak bisa kita lakukan, karena ide-ide yang kita miliki belum tepat di tempat itu,” ungkap Panji.

Bahkan tanah Banten pun sempat ia satroni namun tidak juga menemukan tempat yang cocok. Lalu kembali mencari dan mencari lagi, hingga bertemu dengan Indramayu.

“Tempat ini juga bukan serta merta, ada beberapa kali, sampai menemukan tempat di seberang Sukaslamet ini. Berkali-kali syekh ketika itu masuk ke Slamet, engga tahu kalau di sini ada tempat yang bagus,” tuturnya.   

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement