REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulama dan cendikiawan asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M) mengatakan, orang yang hemat tidak akan ditimpa kemiskinan dan kelaparan sebagaimana hal itu disebutkan hadis Nabi Muhammad SAW:
ما عال من اقتصد“Orang yang hidup hemat tidak akan miskin.”
Lalu, apakah ada bukti terkait hadits Nabi SAW itu? “Ya, ada berbagai bukti nyata yang menunjukkan bahwa hidup hemat menjadi sebab diturunkannya keberkahan dan sebagai asas kehidupan yang lebih baik,” kata Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul Al-Lamaat terbitan Risalah Nur Press halaman 271.
Di antaranya adalah pengalaman Nursi sendiri serta pengakuan orang-orang yang telah membantu dan menemaninya dalam menjalankan tugasnya.
Kadang kala Nursi dan beberapa temannya mendapatkan sepuluh kali lipat keberkahan karena sikap hemat tersebut.
Bahkan, menurut Nursi, ketika beberapa pimpinan suku yang diasingkan bersamanya ke Burdur memaksanya untuk menerima zakat harta mereka dengan tujuan agar Nursi tidak jatuh miskin karena uangnya yang sedikit, dia katakan kepada para pimpinan yang kaya raya itu, “Meskipun uangku sangat sedikit, namun aku bisa hidup hemat. Aku terbiasa merasa cukup sehingga aku tidak membutuhkan bantuan kalian.”
Akhirnya, Nursi tolak tawaran mereka yang berulang-ulang tersebut. Dan patut untuk diperhatikan, ternyata sebagian besar orang-orang yang telah menawarkan zakat mereka kepada Nursi itu dua tahun kemudian dililit utang karena tidak mau bersikap hemat.
“Sebaliknya, berkat sikap hemat, uangku yang sedikit tadi alhamdulillah masih cukup hingga tujuh tahun berikutnya. Aku tidak perlu menjatuhkan harga diriku, tidak sampai meminta bantuan orang, dan masih tetap bisa berpegang pada prinsip hidupku, yaitu al-istighna (tidak bergantung kepada orang lain),” jelas Nursi.
“Ya, orang yang tidak bersikap hemat akan jatuh pada kehinaan serta akan tergelincir ke dalam jurang kerendahan,” imbuhnya.
Baca juga: Tampil Depan Pengikut Loyalnya, Syekh Panji Gumilang Buat Pengakuan Soal Awal Al Zaytun
Nursi mengatakan, harta yang dipergunakan untuk hidup berlebihan pada zaman kita sekarang ini merupakan harta yang mahal dan sangat berharga.
Sebab, kadangkala dia harus dibayar dengan kehormatan dan harga diri. Bahkan seringkali kesucian agama dipertaruhkan hanya untuk mendapatkan uang yang sial.
Dengan kata lain, tambah Nursi, seseorang berusaha mendapat beberapa rupiah lewat cara menggadaikan ratusan juta harta maknawinya.
Baca juga: Pidato Panjang Panji Gumilang di Hadapan Jamaah Al Zaytun, Sebut Dirinya dengan Syekh
Padahal kalau manusia mau membatasi diri pada kebutuhan pokoknya dan hanya berkonsentrasi padanya, ia akan mendapatkan rezeki yang akan menjamin kelangsungan hidupnya dari tempat yang tak disangka-sangka. Hal itu sesuai dengan kandungan firman Allah:
اِنَّ اللّٰهَ هُوَ الرَّزَّاقُ ذُو الْقُوَّةِ الْمَتِيْنُ "Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki Yang Mempunyai Kekuatan lagi Sangat Kokoh" (QS Ad-Zariyat [51] :58)
Bahkan, secara tegas dan pasti ayat berikut memberikan jaminan tersebut. Allah SWT berfirman,
۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ
"Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya..." (QS Hud [11] :6)