REPUBLIKA.CO.ID, SOLOK -- Masjid Raya Baiturrahman terletak di Nagari Bukit Barampuang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, Provinsi Sumatra Barat (Sumbar). Lokasinya tepat di pinggir jalan sebelah kanan kalau dari arah pasar tradisional Alahan Panjang.
Jika dilihat dari luar, Masjid Raya Baiturrahman tidak terdapat kubah yang berbentuk bulat lonjong, sebagaimana arsitektur masjid pada umumnya pada masa kini. Hal itu karena masjid saat ini kebanyakan meniru desain masjid di Timur Tengah.
Masjid di Nagari Bukit Barampuang memiliki desain arsitektur yang khas, yaitu kuncup susun tiga, sebagaimana corak arsitektur masjid khas Nusantara yang tergambar di Masjid Demak, Provinsi Jawa Tengah. Di puncak masjid tersebut tersusun makin ke atas dan makin kecil dengan bahan genting.
Pun di pucuk atap terdapat lafaz "Allah" dalam tulisan Arab di dalam segi empat dan menjadi ciri khas dari masjid Pancasila di masa lampau. Atap Masjid Baiturrahman tersebut berwarna hijau dan dindingnya perpaduan antara hijau dan putih, sedangkan warna dinding di dalamnya putih dan langit-langit masjid berwarna coklat.
Salah satu yang menjadi ciri khas atau keunikan dari masjid ini adalah jika diperhatikan lebih lama, di dalam tidak ditemukan tiang penyangga. Hal itu berbeda dengan masjid modern lainnya.
Bagi masyarakat setempat mungkin Masjid Baiturrahman ini sudah tidak asing lagi dan menjadi pilihan untuk menunaikan ibadah sholat dan aktivitas keagamaan lainnya. Salah satu fakta yang menarik adalah bangunan tersebut dulunya ternyata bernama Masjid Pancasila.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu masjid yang dibangun pada era Presiden kedua Republik Indonesia, yakni Soeharto. Pada 1982, Presiden Soeharto mendirikan Yayasan Amalbhakti Muslim Pancasila (YAMP) sebagai upaya untuk mengajak umat dalam menumbuhkan semangat bersedekah.
Semangat bersedekah tersebut sebagai bentuk upaya menghimpun dana untuk memenuhi kebutuhan umat Islam dalam mengamalkan ibadah. Bagi Soeharto, pembangunan masjid yang merupakan cita-cita didirikannya YAMP tersebut merupakan kebutuhan yang tidak terhindarkan oleh umat Muslim.
Selain sebagai sarana beribadah, keberadaan masjid juga merupakan simbol bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan masyarakat dalam ukhuwah islamiah. Pertimbangan lain yang mendasari berdirinya YAMP, kala itu, adalah kemampuan Pemerintah masih sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan umat Islam.
Program YAMP
Salah satu di antara program Soeharto adalah membangun 999 masjid melalui YAMP sejak 1982 sampai 2009 di seluruh kabupaten dan kota di Indonesia. Termasuk, salah satunya di Kabupaten Solok. Soeharto mendirikan YAMP sebagai bentuk keprihatinan atas kegiatan tarik amal jariah masyarakat di jalan-jalan dalam pembangunan masjid.
Masjid Muslim Pancasila ini pun sangat mudah dikenali karena menggunakan arsitektur bangunan yang sama. Bahkan, termasuk desain di dalamnya yang tidak memakai tiang penyangga. Salah satu bentuk contoh bangunannya masih bertahan sampai saat ini adalah Masjid Baiturrahman merupakan satu dari 999 masjid yang dibangun YAMP di seluruh Indonesia.
Masjid Baiturrahman dibangun pada 1986 dan diresmikan pada 1988. Lebih kurang masjid tersebut sudah berusia sekitar 37 tahun. Prasasti peresmian masjid itu pun masih ada sampai saat ini yang bertuliskan "Dengan Rahmat Allah Yang Maha Kuasa Masjid ini dibangun oleh dan merupakan sumbangan dari Yayasan Amalbakti Muslim Pancasila, diresmikan pada tanggal 09 Mei 1988, Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila, Ketua Soeharto."
Seorang pengurus Masjid Baiturrahman, Yulisman (40 tahun) menerangkan, dulu perencanaan awalnya, Masjid Baiturrahman akan dibangun di pusat lapangan terminal atau dekat pasar tradisional Alahan Panjang. Namun, setelah dilakukan beragam pertimbangan, masjid tersebut akhirnya dibangun di daerah Bukit Barampuang, masih di Kecamatan Lembah Gumanti.
"Di daerah ini masa dulunya rumah masih sepi dan masyarakat masih belum seramai ini. Namun tetap dibangun di daerah ini pada tahun 1986 dengan beberapa pertimbangan," kata salah Yulisman.
Dia menyebut, biaya pembangunan masjid tersebut mencapai ratusan juta rupiah pada mulanya. Untuk biaya serta arsitektur bangunannya berasal dari YAMP. Bangunan Masjid Baiturrahman masih bertahan sampai saat ini dengan arsitektur yang tidak jauh berubah dari bentuk awal mula dibangun.
Kalau pun ada perbaikan, kata Yulisman, lebih ke warna cat agar tidak tampak kusam. Dulunya waktu awal pembangunan masjid tersebut warna cat coklat. Kemudian atap tetap berwarna hijau dengan bahan asbes dan diganti dengan atap seng pada 2013.
Menuru Yulisman, pengelola masjid tetap dipertahankan pembangunan masjid dengan arsitektur lama . Hal itukarena ciri khas masjid yang unik dan berbeda dengan arsitektur bangunan masjid lain.
Namun melihat situasi dan kondisi ke depan, kemungkinan masjid itu akan diperbesar ukurannya. Pasalnya, jumlah masyarakat semakin banyak dan berkembang, sehingga bangunan masjid perlu diperluas.
Meskipun demikian, penambahan bangunan itu diusahakan tidak mengurangi ciri khas masjid awal. Untuk wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, hanya Baiturrahman satu-satunya masjid yang memiliki arsitektur demikian.
Sementara untuk wilayah Kabupaten Solok masjid semacam itu ada tiga, yakni di Paninggahan Singkarak, Sulit Air, dan Kecamatan Lembah Gumanti. Dulu masing-masing kabupaten dan kota mendapat satu bangunan masjid dari YAMP, namun di Kabupaten Solok mendapat tiga jatah bangunan masjid.
Saat ini, menurut Yulisman, untuk biaya renovasi dan pembangunan masjid tersebut berasal dari sumbangan para dermawan serta masyarakat sekitar. Dia berharap, ke depannya untuk perawatan dan pembangunan masjid bersejarah tersebut mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok.