Senin 22 May 2023 14:17 WIB

Gus Baha: Harta dan Jabatan Harus Bisa Beri Manfaat untuk Orang Banyak

Masih banyak orang miskin yang harus dibantu.

Pengasuh pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal sebagai Gus Baha (kanan) bersama Rektor UGM Prof Ova Emilia.
Foto: Humas UGM
Pengasuh pondok Pesantren Tahfidzul Quran LP3IA KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal sebagai Gus Baha (kanan) bersama Rektor UGM Prof Ova Emilia.

REPUBLIKA.CO.ID, REMBANG -- Ulama asal Rembang sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal sebagai Gus Baha mengingatkan pentingnya kita untuk tidak lupa bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa. Menurut dia, kelimpahan rezeki, harta, dan jabatan sepenuhnya bisa bermanfaat bagi orang banyak. 

Bagi Gus Baha, jabatan yang melekat pada seseorang dari presiden, menteri, rektor, hingga dekan tidak semua orang bisa mendapatkannya. Oleh karena itu, ia berharap kesempatan itu digunakan sebaik-baiknya untuk kemaslahatan umat.

Hal itu disampaikan Gus Baha saat menerima kunjungan rektor UGM bersama dengan rombongan di kediamannya di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (18/5/2023).

Dalam kesempatan itu, Gus Baha mengingatkan agar setiap kedudukan yang disandang serta harta yang dimiliki bisa membantu orang miskin agar ekonominya menjadi sejahtera. Sebab masih banyak orang miskin yang harus diperbantukan. 

Sepengetahuan Gus Baha, orang miskin umumnya berutang dengan sesama orang miskin. Yang diutangkan pun berkenaan dengan urusan untuk menyambung nyawa agar terus bisa melanjutkan hidup. 

"Ketemunya antarorang miskin itu urusan beras, utang nyawa. Kan nggak mungkin orang miskin utang ke konglomerat. Sementara orang kaya dengan sesamanya, utang buat rumah dan beli mobil. Di luar sana banyak yang utang nyawa," katanya.

Selain untuk membantu yang lemah, menurut Gus Baha, keberadaan orang kaya di masyarakat juga sangat diperlukan. Dengan adanya orang kaya berarti bisa menunjukkan adanya simbol kemakmuran bagi negara. "Saya ingin semua kita berguna. Kaya-raya itu untuk simbol kemakmuran, agar negara kita dianggap, Kalau miskin terus diinjak-injak oleh negara lain," ujarnya.

Namun, saat seseorang jadi kaya raya, menurut Gus Baha, ia akan diuji oleh Tuhan untuk bisa membantu dan menolong orang lain. Begitu pun dengan orang miskin, ia pun akan diuji. "Yang miskin diuji, kadang bawaannya bisa muncul hasut dan benci.  Bisa jadi yang kaya menganggap yang miskin itu fasik atau orang miskin menganggap yang kaya itu borjuis. Bergantung dari cara pandang. Jika cara pandang masyarakat kita selalu ingin memberi maka negara kita akan makmur," ujarnya.

Meski begitu, harta dan jabatan menurutnya bukanlah sebuah tujuan, sebab salah satu nikmat yang sering dilupakan adalah nikmat sehat dengan kondisi fisik kita yang masih bisa menyantap makan dengan baik dan berpakaian, sesuatu yang harus kita syukuri. "Kenapa nikmat paling kecil ini disebutkan oleh Allah SWT dalam Alquran. Supaya semua merasa punya Tuhan," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement