REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS -- Komisi Eropa kembali meminta Cina untuk memainkan peran konstruktif dalam menciptakan perdamaian di Ukraina. Hal ini disampaikan setelah pejabat Uni Eropa bertemu dengan perwakilan khusus Cina untuk hubungan Eurasia dan mantan Duta Besar Cina untuk Rusia, Li Hui.
"Uni Eropa berharap Cina, anggota permanen Dewan Keamanan, untuk memainkan peran konstruktif dan mengingat perlunya untuk menghormati prinsip-prinsip kedaulatan, kemerdekaan dan integritas wilayah dengan penarikan tanpa syarat semua pasokan dan peralatan militer dari seluruh wilayah Ukraina yang diakui internasional," kata Uni Eropa dalam pernyataannya, Kamis (25/5/2023).
Pekan lalu Li Hui berkunjung ke Ukraina dan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dalam turnya di Eropa. Beijing mengatakan tur tersebut sebagai upaya mempromosikan perundingan damai dan penyelesaian politik. Ia dijadwalkan berkunjung ke Rusia pada Jumat (26/5/2023).
Pada bulan Maret lalu Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan kemitraan Cina dengan Rusia terbatas meski retorika dua negara itu mengungkapkan sebaliknya. Ia mengatakan Eropa akan menyambut baik setiap upaya Beijing menjaga jarak dari Moskow.
Pernyataan Borrell ini disampaikan usai Presiden Cina Xi Jinping bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Moskow. Dua pemimpin itu mendeklarasikan kemitraan "tanpa batas" pada Februari 2022 lalu, beberapa hari sebelum invasi Rusia ke Ukraina.
Namun Borrell mengatakan meskipun Cina menjalin hubungan ekonomi dan diplomatik yang erat dengan Rusia. Tapi dua negara itu tidak membentuk aliansi militer dan Beijing tidak mengirimkan pasokan senjata untuk membantu perang Rusia di Ukraina. "Pertemanan tidak terbatas ini tampaknya memiliki sejumlah batasan," kata Borrel saat itu.
"Bagi kami Cina belum melewati batas apa pun," tambahnya.