Ahad 28 May 2023 14:31 WIB

Ekonom Waspadai Krisis Utang AS Bisa Berdampak ke Industri Tekstil

Industri tekstil juga sedang mengalami tekanan kinerja saat ini.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ahmad Fikri Noor
Pekerja memeriksa mesin benang di PT Trisula Textile Industries Tbk di Cimahi, Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, potensi berlanjutnya krisis utang yang dialami Amerika Serikat (AS) saat ini, adalah melemahnya atau melambatnya perekonomian AS itu sendiri. Namun, krisis tersebut juga bisa memberikan dampak langsung dan tidak langsung ke perekonomian negara-negara global termasuk di dalamnya Indonesia.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Pekerja memeriksa mesin benang di PT Trisula Textile Industries Tbk di Cimahi, Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, potensi berlanjutnya krisis utang yang dialami Amerika Serikat (AS) saat ini, adalah melemahnya atau melambatnya perekonomian AS itu sendiri. Namun, krisis tersebut juga bisa memberikan dampak langsung dan tidak langsung ke perekonomian negara-negara global termasuk di dalamnya Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, potensi berlanjutnya krisis utang yang dialami Amerika Serikat (AS) saat ini, adalah melemahnya atau melambatnya perekonomian AS itu sendiri. Namun, krisis tersebut juga bisa memberikan dampak langsung dan tidak langsung ke perekonomian negara-negara global termasuk di dalamnya Indonesia.

"Dalam konteks dampak langsung beragam produk ekspor yang selama ini menjadikan Amerika Serikat (AS) sebagai tujuan utama ekspor akan melakukan penyesuaian atau kinerjanya akan melambat mengikuti pola perlambatan perekonomian yang disebabkan oleh krisis utang tersebut," ujarnya kepada Republika, Ahad (28/5/2023).

Baca Juga

Ia mengatakan, ada beberapa produk dalam negeri yang menggantungkan pasar ekspor mereka ke AS, salah satunya produk industri tekstil dan produk turunannya. Menurut Yusuf, kabar melambatnya AS bukanlah kabar yang baik bagi industri tekstil dan turunannya di Indonesia. Industri tekstil juga sedang mengalami tekanan kinerja saat ini.

"Kinerjanya sebenarnya terus tertekan dalam beberapa tahun terakhir akibat masalah daya saing dari produk industri tekstil dan produk turunannya di Indonesia," ungkapnya.

Sementara dampak tidak langsung terutama bagi Indonesia lantaran krisis utang AS adalah terdampaknya negara mitra dagang utama AS yakni Cina. Hal ini tentunya juga kabar buruk bagi Indonesia yang juga merupakan mitra dagang dari Cina. Ketika terjadi perlambatan dari perekonomian Cina maka dampak spillover-nya bisa sampai ke Tanah Air.

"Misalnya, produk ekspor komoditas seperti batu bara dan juga nikel. Ada potensi kemudian harga dari kedua komoditas ini juga akan ikut melambat. Sehingga menurut saya ini yang kemudian bisa dibilang dampak ke sektor riil muara dari krisis utang AS jika itu berlanjut dan terjadi," ujarnya.

Dampaknya nanti akan terlihat pada penurunan harga komoditas serta penurunan kinerja beberapa sektor yang menggantungkan pada komoditas tersebut. Dengan melihat analisis di atas maka hal yang kemudian perlu diantisipasi oleh Indonesia adalah dampak spillover dari kondisi yang dialami oleh AS.

"Yang paling terasa adalah pelemahan ekonomi global dan tentu ini juga akan berdampak pada banyak negara sehingga potensi kinerja dagang antara Indonesia dengan banyak negara tentu ada sedikit banyak akan terpengaruh jika kondisi dari as tersebut terjadi secara berlarut-larut," ungkap dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement