Jumat 02 Jun 2023 15:37 WIB

Pakar Lingkungan: Keuntungan Ekspor Pasir Laut tak Sebanding Kerugian Lingkungan

Keputusan membuka kran ekspor pasir laut disebut tanpa data dan bukti ilmiah.

Rep: Zainur Mahsir Ramadhan/ Red: Agus raharjo
 Seorang nelayan merapikan spanduk berisi penolakan pengerukan pasir di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4). (Republika/Raisan Al Farisi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Seorang nelayan merapikan spanduk berisi penolakan pengerukan pasir di perairan Serang, Banten, Rabu (27/4). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pakar bidang perubahan iklim dan lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Daniel Murdiyarso, mengatakan, pengerukan pasir laut untuk ekspor hanya memiliki manfaat ekonomi jangka pendek. Pengerukan itu memiliki banyak dampak panjang dari sosial hingga lingkungan.

“Keuntungan ekonomi (jangka pendek) jelas tidak akan seimbang dengan kerugian atau biaya lingkungan (jangka panjang). Pendapat saya pribadi ekspor pasir laut untuk meningkatkan pendapatan nasional tidak penting-penting amat dan tidak mendesak,” kata Prof Daniel di Jakarta, Jumat (2/6/2023).

Baca Juga

Menilik keputusan pemerintah yang saat ini membuka kran ekspor pasir laut setelah vakum dua dekade, kata dia, tanpa dukungan data dan bukti ilmiah meyakinkan. Dirinya mencontohkan, perlu pendalaman laju asal deposit sedimen, kecepatan dan arah arus laut maupun stabilitas ekosistem pesisir.

“Sehingga jika timbul dampak negatif, mitigasinya dan arah perbaikannya jelas,” tuturnya.

Menurut dia, jika ekspor pasir laut dilanjutkan, kerusakan ekosistem pesisir maupun laut dan sumberdaya perikanan bisa berbuntut panjang. Terlebih, saat ada disrupsi kehidupan nelayan dan penduduk sepanjang pantai nantinya.

“Dampak langsung terhadap perubahan iklim tidak jelas dan tidak perlu dibesar-besarkan. Tapi dampak terhadap keberlanjutan ekosistem mangrove dan padang lamun yang memiliki peran dalam Mitigasi dan adaptasi perubahan iklim sudah sangat jelas,” ujarnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement