REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Negara-negara donor Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) berjanji menyediakan dana sebesar 107 juta dolar AS untuk UNRWA. Jumlah itu lebih sedikit dari yang diminta UNRWA, yakni sebesar 300 juta dolar AS.
Saat ini UNRWA sedang menghadapi krisis finansial yang parah dan terancam tak dapat melanjutkan layanannya untuk lebih dari 5 juta pengungsi Palestina.
Dalam pertemuan yang digelar di Majelis Umum PBB pada Jumat (2/6/2023), para donor mengumumkan 812 juta dolar AS untuk UNRWA dalam bentuk komitmen. Namun, hanya 107,2 juta dolar AS yang merupakan kontribusi baru. Negara-negara yang menjanjikan dana terbaru tidak diumumkan.
Dalam 10 tahun terakhir, UNRWA sudah menghadapi krisis keuangan. Namun Sekretaris Jenderal UNRWA Philippe Lazzarini mengungkapkan, krisis yang dihadapi saat ini sangat parah dan dipandang sebagai ancaman eksistensial utama UNRWA.
“Saat saya berbicara kepada Anda hari ini, saya tidak memiliki dana untuk menjaga agar sekolah, pusat kesehatan, dan layanan kami lainnya tetap berjalan hingga September,” kata Lazzarini saat berbicara dalam pertemuan di Majelis Umum PBB.
Dia menambahkan, kemampuan UNRWA untuk menangani krisis keuangan yang dihadapinya, perlahan tapi pasti, akan segera menemui akhir. “Situasinya bahkan lebih kritis sekarang karena beberapa donor kami yang berkomitmen telah mengindikasikan bahwa secara substansial akan mengurangi kontribusi mereka kepada UNRWA,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres turut menghadiri pertemuan di Majelis Umum PBB. Dia memperingatkan bahwa UNRWA berada di ambang kehancuran keuangan. Guterres menyerukan negara-negara donor memikul tanggung jawabnya dan segera mendukung UNRWA.
“Kita bertemu setiap tahun, dan setiap tahun kita menghadapi paradoks yang sama. Di satu sisi, kita semua menyadari peran penting yang dimainkan UNRWA sebagai jaring pengaman bagi yang paling rentan, pilar stabilitas regional, katalis pembangunan, alat penting untuk pencegahan konflik, dan garis harapan dan peluang hidup untuk jutaan (orang). Di sisi lain, kita membiarkan UNRWA tetap terjebak dalam ikatan keuangan, dan kebutuhan yang meningkat diimbangi dengan pendanaan yang stagnan," ucap Guterres.
Mengonfirmasi pernyataan Lazzarini, Guterres mengungkapkan sejumlah donor utama dan paling diandalkan oleh UNRWA baru-baru ini memang mengumumkan bahwa mereka dapat memangkas kontribusinya terhadap badan tersebut. "Ini sangat mengkhawatirkan. Badan ini sudah berjalan dengan kekurangan hampir 75 juta dolar AS. Mari kita perjelas: UNRWA berada di ambang kehancuran finansial," ujarnya.
Pada Januari lalu UNRWA telah mengajukan permohonan dana sebesar 1,6 miliar dolar AS. Mereka berusaha mempertahankan programnya di tengah defisit anggaran dan menyusutnya sumber daya manusia. “Tantangan yang bertambah selama setahun terakhir, termasuk kekurangan dana, krisis global yang bersaing, inflasi, gangguan dalam rantai pasokan, dinamika geopolitik dan meroketnya tingkat kemiskinan serta pengangguran di kalangan pengungsi Palestina telah memberikan tekanan besar pada UNRWA,” kata UNRWA dalam sebuah pernyataan, 24 Januari 2023 lalu.
UNRWA mengungkapkan, dana 1,6 miliar dolar AS itu diperlukan untuk mempertahankan layanan-layanan vital bagi jutaan pengungsi Palestina tahun ini. Mereka berharap komunitas internasional dapat memberikan kontribusi. Saat ini UNRWA menaungi lebih dari 5 juta pengungsi Palestina yang tersebar di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Lebanon, dan Suriah.