REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Pertahanan Australia, Richard Marles, mengatakan pakta keamanan AUKUS dan wadah dialog keamanan strategis QUAD tidak memiliki niat untuk menyusutkan atau menggantikan sentralitas ASEAN di kawasan. Sebaliknya, dia mengklaim QUAD dan AUKUS justru berusaha melengkapi peran tersebut.
Marles menjelaskan, AUKUS adalah pengaturan transfer teknologi dan bukan aliansi. Sementara QUAD berfokus pada keterlibatan praktis di luar pertahanan.
“Tantangannya adalah untuk memastikan model kerja sama ini tidak bersaing dengan ASEAN, melainkan saling melengkapi, dan gagasan ini merupakan inti dari keterlibatan Australia di kawasan,” katanya saat berbicara di hari terakhir penyelenggaraan forum keamanan Shangri-la Dialogue di Singapura, Ahad (4/6/2023), dikutip laman the Straits Times.
Dia menepis kritik serta tuduhan yang menyebut AUKUS dan QUAD berusaha mengecilkan ASEAN. “Model pertama untuk keamanan kooperatif adalah ASEAN. Tidak ada mekanisme lain yang menyatukan kelompok kritis negara yang merupakan prasyarat bagi keseimbangan strategis yang tahan lama di kawasan kita,” ucap Marles.
“ASEAN adalah syarat yang diperlukan untuk keamanan regional, tetapi tantangan strategis yang kita hadapi saat ini berarti bahwa pengelompokan yang lebih kecil dapat membantu melengkapi arsitektur pusatnya,” kata Marles menambahkan.
Di bawah pakta keamanan AUKUS, Australia akan membeli hingga delapan kapal selam bertenaga nuklir dari Amerika Serikat (AS). Australia diperkirakan bakal memperoleh seluruh armada tersebut pada pertengahan 2050-an. Australia akan menjadi negara kedua setelah Inggris yang memperoleh akses langsung ke rahasia nuklir Angkatan Laut AS. AUKUS diketahui beranggotakan Australia, AS, dan Inggris.
Marles mengklaim dengan armada kapal selam bertenaga nuklir, Australia bisa memainkan perannya dalam menambah keamanan kolektif di kawasan serta mempertahankan tatanan global berbasis aturan.