Jumat 09 Jun 2023 11:02 WIB

Blinken dan Netanyahu Bahas Upaya Perluas Normalisasi Diplomatik Israel di Timur Tengah

Dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Blinken mendorong normalisasi Saudi dengan Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Israel dan Amerika Serikat diproyeksikan di dinding kota tua Yerusalem (ilustrasi). AS mendorong normalisasi Israel dengan negara-negara Timur Tengah.
Foto: AP Photo/Sebastian Scheine
Bendera Israel dan Amerika Serikat diproyeksikan di dinding kota tua Yerusalem (ilustrasi). AS mendorong normalisasi Israel dengan negara-negara Timur Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony Blinken, melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Kamis (8/6/2023). Blinken mengunjungi Israel setelah menyelesaikan lawatannya di Arab Saudi.

Dalam pertemuannya, Blinken dan Netanyahu membahas sejumlah isu, satu di antaranya yakni tentang mendorong integrasi lebih lanjut Israel ke Timur Tengah (Timteng). “Menteri (Blinken) dan Perdana Menteri (Netanyahu) membahas bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama, termasuk memperluas dan memperdalam integrasi Israel ke Timteng melalui normalisasi dengan negara-negara di kawasan itu,” kata Departemen Luar Negeri (Deplu) AS dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Sementara itu, Juru Bicara Deplu AS Matt Miller mengungkapkan, selain soal perluasan normalisasi Israel dengan negara-negara di Timur Tengah, Blinken dan Netanyahu turut membahas beberapa tantangan yang dihadapi di kawasan tersebut. “Seperti ancaman yang ditimbulkan oleh Iran, dan menggarisbawahi komitmen kuat AS terhadap keamanan Israel serta kemitraan kami selama 75 tahun,” ujarnya.

Dalam kunjungannya ke Arab Saudi, Blinken dilaporkan mendorong normalisasi negara tersebut dengan Israel. Kendati demikian, Blinken menegaskan bahwa normalisasi Israel dengan dunia Arab bukan berarti mengorbankan prinsip solusi dua negara untuk Palestina. “Upaya integrasi dan normalisasi bukanlah pengganti kemajuan antara Israel dan Palestina, dan tidak boleh dikorbankan,” ucapnya.

Baru-baru ini, Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengatakan, dia optimistis negaranya dapat memperluas hubungan dengan lebih banyak negara Arab dan Muslim. Cohen mengungkapkan, kawasan Arab telah berubah dramatis sejak Israel menandatangani Abraham Accords pada 2020, yakni kesepakatan pemulihan hubungan dengan Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko. Sebelum kesepakatan tersebut eksis, Israel sudah memiliki relasi diplomatik dengan Mesir dan Yordania.

“Saya sangat optimistis bahwa kami akan dapat memperluas hubungan kami dengan lebih banyak negara Arab dan Muslim,” kata Cohen di sela-sela kunjungannya ke Wina, Austria, Kamis (1/6/2023), dikutip laman The National.

Sebelumnya, Eli Cohen sempat menyinggung tentang potensi normalisasi diplomatik antara negaranya dan Arab Saudi. Menurutnya, normalisasi relasi dengan Riyadh hanya masalah waktu. “Ini bukan soal jika, tapi kapan. Kami dan Arab Saudi memiliki kepentingan yang sama,” kata Cohen, dikutip laman Middle East Monitor, 22 Mei 2023 lalu.

Pada April lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terus terang mengakui bahwa pemerintahannya menginginkan normalisasi diplomatik dengan Saudi. Menurut Netanyahu normalisasi dengan Riyadh akan menjadi lompatan besar dalam mengakhiri konflik Arab-Israel.

“Kami menginginkan normalisasi dan perdamaian dengan Arab Saudi. Kami melihat itu mungkin sebagai lompatan besar untuk mengakhiri konflik Arab-Israel,” kata Netanyahu dalam pertemuannya dengan Senator Amerika Serikat (AS) Lindsey Graham di Yerusalem, 17 April 2023 lalu.

Sejauh ini, Saudi tidak menggubris keinginan Israel untuk melakukan normalisasi hubungan dengannya. Saudi pun telah beberapa kali menegaskan bahwa mereka tetap berpegang pada Inisiatif Perdamaian Arab. Artinya, pembukaan hubungan resmi dengan Israel hanya akan dilakukan jika mereka telah hengkang dari wilayah yang didudukinya, termasuk Tepi Barat, Jalur Gaza, Dataran Tinggi Golan, dan Lebanon.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement