REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Muhaimin Iskandar alias Cak Imin mengatakan, koalisi PKB dan Partai Gerindra terbuka dengan niat partai lain yang ingin bergabung ke dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KKIR). Cak Imin mengomentari niatan Partai Amanat Nasional (PAN) yang ingin bergabung.
Meski begitu, kata dia, PAN rupanya belum menemui PKB untuk membahas peluang tersebut. Partai berlambang matahari itu baru melakukan pertemuan dengan Partai Gerindra pada beberapa pekan lalu. Karena itu, Cak Imin mengingatkan PAN bahwa antara ia dan Prabowo memilik komitmen yang sudah dibuat sebelumnya.
"Koalisi PKB dengan Gerindra masih seperti MoU yang disepakati di Bogor delapan bulan lalu. Sehingga apa dan bagaimana berikutnya dari proses koalisi ini itu hanya ada dua, yang pertama mengajak tambahan koalisi partai-partai yang belum bergabung dengan koalisi mana pun," ujarnya di kantor DPP PKB, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2023).
"Kedua soal pasangan (capres-cawapres), tentu tergantung saya rapat dengan Pak Prabowo, yang itu dalam proses yang nanti akhirnya kita sampaikan ke publik," ucap Cak Imin melanjutkan.
Piagam deklarasi antara PKB dan Gerindra berisi lima poin kesepakatan. Salah satunya adalah kewenangan terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 berada di tangan Cak Imin dan Prabowo.
Dia enggan menanggapi lebih lanjut terkait penyataan dari para elite PAN yang kerap menyebut keinginannya berkoalisi dengan Partai Gerindra. PKB, Cak Imin menegaskan, dalam posisi menunggu sikap resmi PAN.
"Sampai hari ini pertemuan demi pertemuan berlangsung, tetapi posisi PKB adalah posisi menunggu pernyataan resmi dari masing-masing partai yang akan bergabung," ujar wakil ketua DPR itu.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PAN Eddy Soeparno mengatakan, peluang berkoalisi dengan Gerindra akan sangat mudah. Apalagi, PAN memiliki pengalaman kerja sama politik dengan partai pimpinan Prabowo Subianto tersebut.
Pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014, Muhammad Hatta Rajasa yang merupakan kader PAN ditunjuk menjadi calon wakil presiden (cawapres) dari Prabowo. Selanjutnya pada 2019, mereka kembali berkoalisi untuk mengusung Prabowo dengan Sandiaga Salahuddin Uno.
"Kita dengan Gerindra karena sudah dua pemilu kemarin kerja sama dengan baik, kalau bekerja kembali tinggal klik saja. Jadi memang inilah bentuk kerja sama yang sudah panjang terjalin bersama," ujar Eddy di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Senin (5/6/2023).