Kamis 15 Jun 2023 20:29 WIB

Yunani Lakukan Pencarian Ratusan Migran yang Hilang

Sekitar 78 mayat telah ditemukan dengan ratusan orang masih dikhawatirkan hilang.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Kapal imigran yang karam. (Ilustrasi)
Foto: Reuters
Kapal imigran yang karam. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KALAMATA -- Petugas penyelamat memindahkan jenazah para migran yang meninggal ke truk berpendingin. Pencarian besar dilanjutkan untuk menyelamatkan migran yang kemungkinan selamat dari bencana laut di selatan Yunani pada Kamis (15/6/2023).

Sekitar 78 mayat telah ditemukan dengan ratusan orang masih dikhawatirkan hilang. Bencana ini bermula dari sebuah perahu nelayan yang dipadati oleh para migran berlayar dari Libya ke Italia terbalik dan tenggelam sehari sebelumnya di perairan dalam lepas pantai Yunani.

Baca Juga

Operasi pencarian di selatan wilayah Peloponnese Yunani gagal menemukan lebih banyak mayat atau korban selamat semalam atau Kamis dini hari. “Peluang untuk menemukan (lebih banyak korban selamat) sangat kecil,” kata pensiunan laksamana penjaga pantai Yunani Nikos Spanos.

Tim penyelamat menyelamatkan 104 penumpang yang terdiri dari warga Mesir, Suriah, Pakistan, Afghanistan, dan Palestina. Penumpang tersebut kebanyakan laki-laki dan termasuk delapan anak di bawah umur. Jika laporan akhir dikonfirmasi, itu akan menjadikan tragedi itu salah satu yang terburuk yang pernah tercatat di Mediterania tengah.

“Kami telah melihat kapal nelayan tua seperti ini sebelumnya dari Libya: Panjangnya sekitar 30 meter dan dapat membawa 600-700 orang saat dijejali penuh. Tapi mereka sama sekali tidak layak berlayar. Sederhananya, mereka adalah peti mati yang mengambang," ujar  Spanos.

Kepala delegasi Badan Pengungsi PBB Erasmia Roumana bertemu dengan para migran yang diselamatkan di sebuah hanggar penyimpanan di pelabuhan selatan Kalamata. “Para penyintas berada dalam situasi yang sangat sulit. Saat ini mereka sangat terkejut,” ujarnya.

“Mereka ingin menghubungi keluarganya untuk memberi tahu bahwa mereka baik-baik saja, dan mereka terus bertanya tentang yang hilang. Banyak yang memiliki teman dan kerabat yang tidak diketahui keberadaannya," kata Roumana.

Yunani mengumumkan memberlakukan tiga hari berkabung. Seorang jaksa Mahkamah Agung memerintahkan penyelidikan atas keadaan kematian tersebut.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan, sangat sedih dengan tragedi tersebut. Dia berjanji untuk memperkuat kerja sama antara Uni Eropa dan negara-negara terdekat untuk mencoba menindak lebih lanjut penyelundupan migran.

Tapi kelompok hak asasi manusia berpendapat, bahwa tindakan keras itu berarti para migran dan pengungsi terpaksa menempuh rute yang lebih panjang. Mereka ditempatkan pada kondisi lebih berbahaya untuk mencapai negara yang aman.

Foto udara kapal sebelum tenggelam yang dirilis oleh otoritas Yunani menunjukkan orang-orang berdesakan di geladak. Sebagian besar tidak memakai jaket pelampung.

“Kami menyaksikan salah satu tragedi terbesar di Mediterania, dan jumlah yang diumumkan oleh pihak berwenang sangat menghancurkan,” kata Gianluca Rocco yang merupakan kepala IOM bagian Yunani, badan migrasi PBB.

IOM telah mencatat lebih dari 21 ribu kematian dan penghilangan di Mediterania tengah sejak 2014. Bangkai kapal paling mematikan di Mediterania dalam catatan terjadi pada 18 April 2015.

Sebuah kapal penangkap ikan yang penuh sesak membawa para migran bertabrakan di lepas pantai Libya dengan sebuah kapal barang yang mencoba menyelamatkannya. Pakar forensik menyimpulkan bahwa awalnya ada 1.100 orang di dalamnya dan hanya 28 orang yang selamat. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement