REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Sedikitnya 25 imigran Afrika tewas dan 15 lainnya hilang setelah sebuah kapal yang membawa mereka menuju Eropa tenggelam di Laut Mediterania di lepas pantai Tunisia pekan ini, kata pihak berwenang Tunisia.
Penjaga pantai Tunisia pada Kamis (13/4/2023), menemukan mayat 15 orang yang terjebak di bawah perahu di dekat pantai Sfax, sebuah pelabuhan di timur-tengah Tunisia, kata Jaksa Sfax Faouzi Masmoudi kepada Associated Press.
Pada Rabu, penjaga pantai menemukan 10 jenazah lainnya dan menyelamatkan 72 migran dari kapal yang tenggelam, katanya. Jaksa memperkirakan, 15 hingga 20 orang lainnya yang berada di kapal tersebut masih hilang, berdasarkan keterangan para korban yang selamat.
Hampir semua orang yang meninggal atau diselamatkan berasal dari sub-Sahara Afrika, kata Masmoudi.
Upaya imigran ilegal telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir dari pantai Tunisia menuju pantai Italia di dekatnya, menyebabkan puluhan orang tewas dan banyak yang hilang. Mediterania tengah merupakan rute migrasi paling berbahaya di dunia, menurut Organisasi Internasional untuk Imigrasi.
Negara-negara Eropa bergantung pada negara-negara di Afrika Utara untuk mengawasi imigran, dan Italia pada hari Kamis (13/4/2023), menjanjikan Tunisia sejumlah investasi dan membantu menegosiasikan dana talangan Dana Moneter Internasional karena pemerintah Italia berusaha membendung jumlah kedatangan imigran.
Ketegangan seputar imigrasi telah meningkat di Tunisia tahun ini setelah Presiden Kaïs Saied memerintahkan tindakan keras terhadap para imigran Afrika sub-Sahara dan mengecam rencana yang dianggap untuk menghapus identitas Tunisia. Komentar tersebut memicu pelecehan rasis yang menyasar warga kulit hitam di Tunisia, dan memicu kritik dan keprihatinan internasional.