REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, setidaknya hampir 20 negara yang sudah berusaha untuk mendapatkan keanggotaan BRICS. "Dan jumlah negara yang ingin bergabung ke BRICS itu terus bertambah," kata Ryabkov kepada TASS pada Kamis (15/6/2023).
Ryabkov mencatat bahwa BRICS adalah pengelompokan negara-negara yang tidak mengikuti prinsip pemimpin-pengikut, dengan arti semua negara anggota memiliki kesetaraan.
"Daftar kandidat untuk bergabung dengan asosiasi ini terus meningkat. Jumlah negara yang ingin bergabung dengan asosiasi ini mendekati 20 negara. Hal ini mencerminkan peran BRICS yang terus berkembang dan sudah cukup besar di arena internasional sebagai asosiasi negara-negara dengan posisi yang sama. Saya ingin menekankan hal ini," ujarnya.
BRICS adalah pengelompokan negara-negara yang tidak mengikuti prinsip pemimpin-pengikut. "Sebaliknya, para mitra dan negara anggota menetapkan agenda konstruktif berdasarkan konsensus," katanya.
"Diskusi-diskusi terus berlanjut mengenai apa yang bisa menjadi kriteria untuk bergabung dengan BRICS, dan Afrika Selatan telah mengintensifkan pekerjaan ini," ujar diplomat senior Rusia tersebut.
"Saya dapat mengatakan, dalam pandangan kami, dunia Arab dan kawasan Asia-Pasifik telah jelas-jelas meminta untuk bergabung dengan BRICS, karena mereka tidak memiliki perwakilan di sana saat ini. Namun, kami akan melihat apa yang dapat kami tawarkan kepada para pemimpin mengenai hal ini, dan menyerahkan hal ini kepada para pemimpin untuk memutuskannya pada KTT di Johannesburg," ujar Ryabkov.