Jumat 16 Jun 2023 03:32 WIB

Tanda 'No Pork, No Lard' di Restoran Ini Dianggap Menyesatkan, Picu Perdebatan Warganet

Sebenarnya, apa arti tanda 'no pork no lard' di sebuah restoran?

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Maging babi (ilustrasi). Tanda no pork no lard di salah satu restoran ini dianggap menyesatkan.
Foto: www,freepik.com
Maging babi (ilustrasi). Tanda no pork no lard di salah satu restoran ini dianggap menyesatkan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanda "no pork, no lard" adalah hal umum yang biasa Anda dijumpai ketika berjalan-jalan di Singapura. Meskipun itu tidak berarti bahwa makanan yang disajikan 100 persen halal, hal itu menyiratkan tingkat inklusivitas bagi Muslim yang khawatir ada produk babi haram yang masuk ke piring mereka.

Pengguna Tiktok @lunanguyen.hb atau Luna pertama kali memasang video yang memperingatkan umat Islam untuk berhati-hati saat makan di jaringan restoran peranakan Tingkat PeraMakan karena tanda yang menurutnya menyesatkan. Namun, dia menerima respons yang agak tidak menyenangkan di bagian komentar.

Baca Juga

Video tersebut menunjukkan, dia sedang menjelajah melalui papan restoran, yang memiliki tanda di bagian bawah "no pork, no lard". Namun anehnya, ketika dia melihat daftar menu restoran, ada salah satu hidangan yang memiliki pilihan ayam, sapi, atau babi.

“Jangan mengabaikan tanda, teman-teman Muslim," ujarnya.

Beberapa orang berterima kasih atas tipnya karena "menjaga" sesama Muslim. Tapi ada juga yang percaya tanda itu dengan mengatakan "Tidak ada lemak babi", dan mulai menyerang Luna.

Jadi, apa artinya "no pork, no lard"? Dalam sebuah utas akun Twitter resmi Islamic Religious Council of Singapore (Muis) menyatakan, “Halal lebih dari sekadar tanpa babi dan tanpa lemak babi". Mereka kemudian menjelaskan bahwa restoran yang tidak bersertifikat halal tidak berarti bahwa semua makanan yang disajikan tidak halal.

“Dengan demikian, apakah Anda lebih suka produk bersertifikat halal atau terbuka untuk membaca label, mari belajar menerima perbedaan dan saling menghormati satu sama lain,” bunyi salah satu tweet seperti dilansir dari laman SG News, Kamis (15/6/2023).

Sulit untuk memisahkan budaya ketika hal seperti ini terjadi. Baru-baru ini, NTUC Fairprice harus mengganti nama sosis babi Arabiki Jepang mereka karena beberapa merasa menyesatkan bahwa kata 'Arab' dimasukkan pada label sosis babi. Menurut komentar Luna, dia mengatakan, ketika mengunjungi restoran itu lagi, tanda itu sudah dihapus untuk menghindari lebih banyak kebingungan.

Dia mendokumentasikannya dalam video Tiktok terpisah saat dia kembali ke restoran. Selain itu, Luna menonaktifkan komentar di videonya.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement