REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden (bacapres) PDI Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo mengaku kagum melihat aksi lima pemuda asal Bali yang menyadari pentingnya merawat lingkungan.
Kisah dari lima aksi pemuda yang melabeli diri dengan Pancawara Bali ini diperoleh Ganjar saat menyapa generasi muda di acara Mabar (Maju Bersama Ganjar) di Kebon Vintage Cars Bali Classic, Denpasar, Bali, Sabtu (17/6/2023).
Awalnya, Ganjar mempersilakan Pancawara Bali menceritakan kisahnya yang tak malu memungut sampah yang sudah pasti kotor.
Salah seorang personel Pancawara, Febrian menyatakan bahwa Pancawara kini hanya berjumlah empat orang.
Hal ini karena salah seorang rekannya sudah keluar dari kelompok, lantaran sedang mengalami masalah dengan kekasihnya.
Namun, Febrian mengaku grup Pancawara masih dan terus ada, bahkan berlipat ganda.
Sejauh ini, menurutnya, Pancawara sudah berhasil menggaet 85 anak muda di Bali untuk ikut terjun langsung memungut sampah di mana pun.
"Komunitas kita ada di Telegram sebanyak 85 orang dan ada di Instagram maupun Whatsapp juga ada grup grup," ucap Febrian yang duduk sejajar dengan Ganjar dalam acara.
Setelah itu, Febrian bercerita pengalaman mengesankan dan mengagetkan ketika memungut sampah di sungai dan got-got.
Ketika itu, dia mengaku menemui binatang-binatang liar. Bahkan, tak jarang mereka terkena gigit binatang yang hidup di sana, seperti lintah dan kaki seribu.
"Kita bersih-bersih itu di dekat sana banyak ular-ular binatang yang ada. Yang paling banyak kita terkena itu, lintah. Paling sering lintah, maupun kaki seribu. Saya pernah masuk ini (kaki seribu sampai ke perut)," cerita dia.
Mendengar hal itu, Ganjar tak habis pikir bagaimana aksi anak-anak muda tersebut yang berani demi mencintai lingkungan setempat, yaitu Bali.
Gubernur Jawa Tengah ini pun kemudian bertanya, apakah mereka menggunakan alat pelindung diri (APD) ketika terjun memungut sampah.
Namun, Febrian mengaku hanya menggunakan APD seadanya. Misalnya, hanya sepatu dan baju seperti pemadam kebakaran.
"Oh, anu ya waterproof. Pakai sepatu gitu?" tanya Ganjar ke Pancawara.
Mereka pun menjawab menggunakan sepatu ketika turun ke sungai.
Lantas, Ganjar mengaku heran mengapa anak-anak ini mau dan tidak malu melakukan kegiatan yang jarang dilakukan generasi seusia mereka.
Berseloroh, Ganjar menanyakan apakah hal ini dilakukan karena mereka masih berstatus jomblo atau tidak memiliki kekasih.
"Kalian kenapa sih mungutin sampah, tadi ceweknya sampai enggak suka. Kok kalian mau? Jangan jangan enggak punya pacar ya? Hayo?" cecar Ganjar yang diiringi gelak tawa dari peserta yang mayoritasnya anak muda.
"Enggak, di sini kita punya (pacar) semua," jawab Febrian.
Sesudah itu, Ganjar menanyakan kembali apakah ada filosofi sendiri sehingga empat pemuda ini mau memungut sampah.
Febrian menjelaskan alasan Pancawara dibentuk agar semua orang sadar pentingnya menjaga lingkungan.
Kata dia, masalah sampah bukan lah masalah orang per orang, melainkan semua pihak.
"Masalah sampah ini bukan hanya untuk kita, tapi semua masyarakat Indonesia, pak. Khususnya yang ada di Bali. Saya sering lihat sampah yang di got got terutama yang di sungai, pantai, selokan," ujar Febrian.
Ia juga mengaku heran karena kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan terasa belum terbangun.
Pasalnya, ia masih melihat tempat pembuangan sampah yang sudah tidak bisa menampung sampah.
Bahkan, jelasnya, terlihat sampah-sampah berserakan berceceran ke jalanan di daerah Kota Denpasar.
"Hingga sampah itu berserakan di jalanan. Dan masyarakat yang di sekitar sana, walaupun sudah tahu sampahnya berserakan, tetap buang sampah di sana," heran Febrian.
Atas hal itu, Ganjar pun berharap para pemuda ini terus melaksanakan aksinya dengan disertai kesadaran masyarakat Bali merawat lingkungan.
Ganjar juga berharap, pemerintah daerah setempat bisa mendengarkan dan melibatkan anak-anak muda untuk merawat lingkungan. Salah satunya bisa bergabung ke grup Pancawara tersebut.
Sementara itu, Putri Indonesia Lingkungan 2020 Putu Ayu Saraswati yang turut menjadi pembicara mengapresiasi aksi empat pemuda bernama Pancawara itu.
Ayu berharap, aksi pemuda Bali itu dapat menginspirasi dan menumbuhkan kesadaran bagi masyarakat untuk memilah sampah di lingkungan sekitar.
"Sebagai kawan pencinta lingkungan, apresiasi yang luar biasa. Enggak semua anak muda itu mau turun tangan dan langsung kotor-kotoran gitu," kata Ayu.
"Jadi, menurut saya luar biasa, apalagi yang unik adalah, bagaimana aksi-aksi mereka itu diikuti oleh kontennya. Jadi kontennya ini semoga bisa menjadi sarana edukasi dan sarana yang menyentuh hati masyarakat," tambah Ayu.