REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA – Bangladesh telah secara resmi mengajukan permohonan keanggotaan ke koalisi BRICS yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afrika Selatan (Afsel). Bangladesh menjadi negara Asia Selatan kedua setelah India yang mengambil langkah untuk bergabung dengan BRICS.
Laman Dhaka Tribune, dalam laporannya pada Senin (19/6/2023) mengungkapkan, permohonan keanggotaan kepada BRICS diajukan menyusul pertemuan Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina dan Presiden Afsel Cyril Ramaphosa di Jenewa pada Rabu (14/6/2023) pekan lalu.
Seorang sumber mengungkapkan, Ramaphosa menyambut positif keinginan Bangladesh bergabung dengan BRICS. Menteri Luar Negeri (Menlu) Bangladesh Dr AK Abdul Momen mengatakan surat minat resmi kepada ketua BRICS saat ini dan Menlu Afsel Naledi Pandor dikirim sehubungan dengan permohonan keanggotaan.
"Ya, kami telah menyatakan minat kami dan melamar untuk bergabung dengan aliansi,” kata Menlu Bangladesh Masud Bin Momen saat ditanya tentang permohonan keanggotaan negaranya kepada BRICS.
KTT BRICS diagendakan digelar di Afsel pada Agustus mendatang. Keanggotaan baru dilaporkan akan menjadi salah topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut. Saat ini Bangladesh sudah diakui dan menyandang predikat “Sahabat BRICS”.
Baru-baru ini Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Ryabkov mengatakan, setidaknya sudah terdapat hampir 20 negara yang berupaya memperoleh keanggotaan BRICS. “Jumlah negara yang ingin bergabung ke BRICS terus bertambah,” ujarnya, dilaporkan kantor berita Rusia, TASS, Kamis (15/6/2023) lalu.
Dia menyebut, negara-negara yang berminat bergabung dengan BRICS berasal dari dunia Arab dan kawasan Asia-Pasifik. Ryabkov menekankan, dalam BRICS tidak dianut prinsip “pemimpin-pengikut”. Posisi semua negara anggota setara.
BRICS dibentuk pada 2006 atas inisiatif Rusia. Tujuannya adalah mengembangkan kerja sama komprehensif antara negara-negara terkait. Saat ini kursi keketuaan BRICS dipegang oleh Cina.