REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG---Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Barat (Jabar) mencatat, penyakit gigitan rabies dari hewan ke manusia sudah mencapai ratusan kasus dari Januari-Mei 2023. Kasus paling banyak ditemukan dari gigitan anjing ke manusia.
Ketua Tim Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Jabar Yudi Koharudin mengatakan, ratusan kasus ini ditemukan berdasarkan laporan dari kabupaten dan kota yang ada di Jabar. Dinkes Jabar juga sudah memberikan vaksin untuk proses tindakannya.
"Pada Januari tahun 2023 sampai bulan Mei, ada 741 gigitan, kami dari Dinkes Jabar sudah berikan 506 vaksin anti rabies," ujar Yudi saat dikonfirmasi, Selasa (20/6/2023).
Pemberian vaksin sendiri, kata Yudi, mengikuti dari risiko besarnya kasus gigitan. Ia menegaskan, jumlah pemberian vaksin anti rabies pada hewan, ini tidak bisa sembarangan dan harus dilakukan secara terukur. Yudi menilai, peran dokter hewan juga penting untuk memastikan tindakan ini.
"Jadi tidak semua gigitan diberikan vaksin antirabies atau serum antirabies, biasanya ditentukan dokter. Misalnya, ada anjing yang sudah biasa, menggigit karena diprovokasi, tapi rutin tiap bulan divaksin, jadi tidak usah," ujarnya.
Kasus umum gigitan rabies di Jabar, kata dia, didominasi oleh anjing. Namun, beberapa hewan lain, seperti kucing dan kera, juga berpotensi menimbulkan rabies. Data paling banyak disebabkan oleh anjing.
"Gigitan rabies itu kan biasanya anjing, kucing, kera, memang banyaknya di anjing, sekarang kan banyak punya anjing peliharaan, kemudian beranak, nah, biasanya kan dia memproteksi anaknya, kalau ada yang memprovokasi dia menggigit," katanya.
Terkait dampak terhadap manusia di wilayah Jabar, menurut Yudi, belum ada kasus yang terlaporkan meninggal akibat rabies. Namun, Yudi mengimbau agar masyarakat yang memiliki hewan peliharaan, terutama anjing, bisa rutin diberikan vaksin.
"Alhamdulillah di Jabar dari tahun 2017-2023 tidak ada lagi kasus rabies pada manusia, tidak ada yang meninggal dunia karena rabies. Tata laksana kita sudah lebih baik," katanya.