Kamis 22 Jun 2023 00:44 WIB

Kiai dan Tokoh di Tasikmalaya Kutuk Ajaran Pimpinan Al Zaytun

Mendesak MUI untuk segera mengeluarkan fatwa sesat ajaran Panji Gumilang.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah kiai dan tokoh di Tasikmalaya menyatakan sikap atas polemik Panji Gumilang sebagai pimpinan Ponpes Al Zaytun, di Ponpes Al Muzanni, Kota Tasikmalaya, Rabu (21/6/2023).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Sejumlah kiai dan tokoh di Tasikmalaya menyatakan sikap atas polemik Panji Gumilang sebagai pimpinan Ponpes Al Zaytun, di Ponpes Al Muzanni, Kota Tasikmalaya, Rabu (21/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Puluhan kiai dan tokoh di Tasikmalaya menyatakan sikap atas kontroversi Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Zaytun, Panji Gumilang. Para kiai dan tokoh di Tasikmalaya menilai ajaran Panji Gumilang adalah sebuah kesesatan.

Terdapat enam poin dalam pernyataan sikap itu. Inti dalam pernyataan sikap itu adalah menyatakan bahwa ajaran Panji Gumilang sesat.

Baca Juga

"Satu, kami mengutuk keras ajaran sesat yang disebarkan Panji Gumilang, pimpinan Al Zaytun," kata perwakilan kiai dan tokoh Tasikmalaya, ustaz Yanyan Albayani, di Ponpes Al Muzanni, Kota Tasikmalaya, Rabu (21/6/2023).

Selain itu, para kiai dan tokoh Tasikmalaya juga mendesak Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk segera mengeluarkan fatwa sesat terhadap ajaran dikembangkan Panji Gumilang. Mereka juga mendesak Kementerian Agama (Kemenag) untuk segera mencabut izin operasional Mahad Al Zaytun. 

Poin dalam pernyataan sikap selanjutnya adalah mendesak Polri untuk segera menangkap Panji Gumilang. Keenam, forum ulama masyarakat muslim dan ormas Islam Tasikmalaya juga akan melaporkan Panji Gumilang dengan tuduhan melakukan penistaan agama.

Salah satu poin lainnya dalam pernyataan sikap itu adalah imbauan untuk orang tua santri Al Zaytun. Mereka diminta untuk segera menarik anak-anaknya dari Mahad Al Zaitun.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement