Rabu 21 Jun 2023 20:15 WIB

Profil Wilayah Mina dari Masa ke Masa

Di Mina terdapat tiga jumrah.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
Pekerja menyelesaikan persiapan tenda untuk jamaah di Mina, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). Berbagai persiapan dilakukan jelang pelaksanaan puncak ibadah haji di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina dengan total jamaah mencapai lebih dari dua juta orang.
Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
Pekerja menyelesaikan persiapan tenda untuk jamaah di Mina, Arab Saudi, Rabu (7/6/2023). Berbagai persiapan dilakukan jelang pelaksanaan puncak ibadah haji di kawasan Arafah, Muzdalifah, dan Mina dengan total jamaah mencapai lebih dari dua juta orang.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Wilayah Mina dinamai demikian berdasarkan beberapa alasan. Apa dan bagaimana sejatinya profil Mina dari masa ke masa?

Dalam buku Ensiklopedia Peradaban Islam Makkah karya Syafii Antonio dijelaskan, wilayah tersebut dinamai Mina setidaknya terdapat dua alasan. Pertama, nama itu diambil dari kata "yumna" yang berarti "yuraq", yakni memancar darah "hadyu" (sembelihan).

Baca Juga

Kedua, diambil dari kata "tamana" (berangan-angan), sebab Nabi Adam AS berharap surga berada di tempat ini. Mina adalah salah satu tempat suci dan merupakan tempat keempat dalam perjalanan ibadah haji.

Sebuah lembah yang terletak antara Kota Makkah dengan Muzdalifah. Mina terletak di arah Timur Masjidil Haram, jaraknya kira-kira 7 kilometer. Apabila ditempuh tanpa melalui terowongan, jaraknya 4 kilometer.

Sedangkan apabila ditempuh dengan menggunakan nafaq (terowongan dari depan Masjidil Haram menuju Mina), luas lokasi Mina sekitar 6,35 kilometer.

Mina adalah tempat berkemah dan bermalam. Malam ke-10 hingga 12, disebut gelombang pertama (nafar awal). Apabila ingin melanjutkan sampai satu malam lagi, yakni malam ke-13 disebut gelombang kedua (nafar tsani). Keduanya diperbolehkan untuk dipilih.

Di Mina terdapat tiga jumrah: jumrah qubra (besar), jumrah wustha (tengah), jumrah sughra (kecil). Melontar jumrah pada hari ke-10 adalah jumrah Aqabah sebanyak tujuh lontaran.

Hari berikutnya melontar ketiga-tiganya dimulai dari sughra, wustha, dan aqabah. Jarak antara jumrah aqabah dengan jumrah wustha adalah 240 meter antara wustha dengan sughra adalah 148 meter.

Pada tahun 1292 Hijriyah atau 1875 Masehi, sebagai jawaban atas tuntutan dari semakin padatnya jamaah haji, maka pemerintah memerintahkan untuk merenovasi sekaligus memperluas tempat jamarat.

Pada tahun 1964 Masehi, pemerintah membuat proyek perluasan jamarat dengan sebutan jusur jamarat, yakni penambahan jembatan jumrah dan dibuat lantai atas.

Pada tahun 2005 Masehi, Raja Abdulah bin Abdul Aziz memerintahkan agar merenovasi total jembatan Jamarat dengan menambahkan terowongan bawah tanah. Bangunan ini terdiri dari empat lantai, dilengkapi dengan emergency tower, balai pengobatan, dan pusat penyelamatan serta pengawasan.

Bila dihitung, setiap lantainya dapat menampung 125 ribu jamaah setiap jam. Maksimalnya jembatan ini mampu menampung jamaah per jamnya sekitar 500 ribu orang.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement