Jumat 23 Jun 2023 02:30 WIB

Tiga Hal yang Perlu jadi Perhatian Sebelum Puncak Ibadah Haji

Jamaah haji harus mengonsumsi makanan bergizi dan jaga kesehatan.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Erdy Nasrul
Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Arsad Hidayat di Makkah, Arab Saudi. Selasa (20/6/2023)
Foto: Republika/Fuji E Permana
Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Arsad Hidayat di Makkah, Arab Saudi. Selasa (20/6/2023)

REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Direktur Bina Haji Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama (Kemenag), Arsad Hidayat, menyampaikan bahwa ada tiga hal yang mungkin perlu menjadi perhatian.

Arsad mengatakan, pertama, jamaah haji lanjut usia (lansia) yang meninggal dunia ketika di Asrama Haji sampai sebelum pelaksanaan wukuf di Makkah, maka mereka akan dibadalhajikan. Artinya akan ada orang yang membadal hajikan untuk jamaah haji yang meninggal dunia.

Baca Juga

"Mereka (jamaah haji) yang sakit tapi butuh semacam alat pernapasan yang kalau diputus alatnya akan menyebabkan sesuatu yang gawat, mungkin ada kebutuhan obat yang harus dikonsumsi (jamaah haji) sehingga (jamaah haji) tidak bisa mobilisasi (di Arafah, Muzdalifah dan Mina) itu bisa diusulkan untuk mengikuti badal haji," kata Arsad usai melakukan pertemuan dengan KBIHU di Makkah, Selasa (20/6/2023) malam waktu Arab Saudi.

Arsad menyampaikan yang kedua adalah soal safari wukuf. Safari wukuf untuk jamaah haji lansia yang sakit dan dirawat, baik di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) maupun di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Meski sedang sakit dan dirawat, mereka masih bisa dimobilisasi. Maka mereka akan ikut disafari wukufkan.

"Safari wukuf itu nanti mereka diangkut dengan bis yang sudah kita bentuk dan modifikasi, jamaah haji ada yang duduk dan ada yang berbaring (di dalam bis safari wukuf), sejam atau dua jam di Arafah kemudian kembali lagi ke KKHI (dan RSAS)," ujar Arsad.

Direktur Bina Haji menambahkan, ketiga, jamaah haji lansia yang fisiknya sehat tapi mereka harus menggunakan kursi roda, jamaah haji tersebut akan dibawa ke Arafah untuk wukuf sama seperti jamaah haji normal lainnya. Tapi untuk mereka yang menggunakan kursi roda sedang dipersiapkan skemanya dengan pihak muassasah atau syarikah.

Supaya jamaah haji yang menggunakan kursi roda tidak mampir di Muzdalifah. Karena Muzdalifah merupakan padang pasir, kalau kursi roda masuk ke sana akan berat mendorongnya.

"Jadi saya minta mereka (jamaah haji dengan kursi roda) itu bisa diberangkatkan dari Arafah langsung ke Mina, berangkatnya menjelang pertengahan malam supaya mereka pada saat di Muzdalifah itu pada pertengahan malam, walaupun mabitnya sebentar di Muzdalifah mudah-mudahan dapat pahala," jelas Arsad.

Begitu jamaah haji yang memakai kursi roda sampai di Mina, Arsad mengatakan, lempar jumroh jamaah haji yang pakai kursi roda akan diwakilkan. Jadi lempar jumrohnya diwakilkan kepada mereka-mereka yang secara fisik lebih kuat dan sehat.

Arsad menambahkan, ada sebagian jamaah haji yang mengambil inisiatif untuk tanazul. Artinya mereka tidak menginap di tenda karena tendanya jauh. Mereka kembali ke hotel di daerah Mahbas Jin, silakan saja.

"Tapi kami ingin sampaikan bahwa jamaah haji yang tanazul, kami dari pemerintah tidak bisa menyiapkan katering karena katering yang disiapkan muasasah tersebut memang hanya diperuntukkan bagi jamaah yang menginap atau mabit di Mina, mereka yang tanazul akan mencari makan sendiri," jelas Arsad.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement