Ahad 02 Jul 2023 01:00 WIB

Konvoi Militer Cina Diserang di Myanmar

Tak ada korban tewas maupun luka dalam insiden penyerangan itu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Militer Cina (ilustrasi)
Foto: EPA/IGOR KOVALENKO
Militer Cina (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YANGON – Konvoi kendaraan berpenumpang personel militer Cina menjadi target penyerangan di Myanmar. Junta Myanmar menuding kelompok etnis bersenjata sebagai pelaku di balik kejadian tersebut.

Aksi penyerangan berupa penembakan yang menargetkan konvoi kendaraan berpenumpang personel militer Cina dan Myanmar terjadi pada Selasa (27/6/2023) lalu. Konvoi sedang menempuh perjalanan menuju Myitkyina di Negara Bagian Kachin.

Baca Juga

"Kami dapat memastikan bahwa anggota (Tentara Kemerdekaan Kachin) menyerang konvoi itu," kata Juru Bicara Junta Myanmar Zaw Min Tun dalam pesan audio yang dirilis pada Sabtu (1/7/2023).

Junta Myanmar mengungkapkan, tak ada korban tewas maupun luka dalam insiden penyerangan itu. Sementara itu Tentara Kemerdekaan Kachin atau Kachin Independence Army membantah bertanggung jawab atas aksi penyerangan terhadap konvoi kendaraan berpenumpang personel militer Cina dan Myanmar tersebut.

“Tentara Kemerdekaan Kachin tidak menyerang konvoi mana pun,” kata Kolonel Tentara Kemerdekaan Kachin Naw Bu seraya menambahkan bahwa di lokasi penyerangan telah terjadi pertempuran sengit sejak Senin (26/6/2023).

Belum ada komentar dari Kementerian Luar Negeri Cina terkait peristiwa penyerangan konvoi kendaraan yang menargetkan personel militer mereka di Myanmar. Pada Oktober tahun lalu, puluhab orang tewas saat militer Myanmar melakukan serangan udara di konser Tentara Kemerdekaan Kachin.

Krisis di Myanmar pecah setelah militer melakukan kudeta terhadap pemerintahan sipil di sana pada Februari 2021. Mereka menangkap pemimpin de facto Aung San Suu Kyi, Presiden Win Myint, dan beberapa tokoh senior partai National League for Democracy (NLD). NLD adalah partai yang dipimpin Aung San Suu Kyi.

Setelah kudeta, hampir seluruh wilayah di Myanmar diguncang gelombang demonstrasi. Massa menentang kudeta dan menyerukan agar para pemimpin sipil yang ditangkap dibebaskan. Namun militer Myanmar merespons aksi tersebut secara represif dan brutal.

Menurut Assistance Association for Political Prisoners (AAPP), sedikitnya 3.240 warga sipil telah tewas di tangan militer Myanmar sejak kudeta terjadi. Penghitungannya tidak termasuk semua korban dari pertempuran.

Menurut sebuah kelompok pemantau lokal, lebih dari 3.700 orang telah tewas akibat tindakan keras militer Myanmar. Sementara PBB mengungkapkan, setidaknya 1,2 juta orang juga telah terlantar atau kehilangan tempat tinggal akibat pertempuran pasca-kudeta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement