REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), M. Ryano Panjaitan, menanggapi pernyataan politikus senior Panda Nababan yang menyebut Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka sebagai 'Anak Ingusan'. Menurut dia, pernyataan tersebut menunjukkan politikus senior itu terkesan memandang sebelah mata atas kontribusi dan kiprah anak muda.
Padahal, menurut dia, secara statistik jumlah pemilih pada Pemilu 2024 nanti sebanyak 187 juta orang dan mayoritas adalah generasi muda. Dengan demikian, pemilih muda akan menjadi penentu di Pemilu 2024 nanti.
"Pernyataan politisi senior tersebut juga menegasi realitas bahwa prestasi tidak bisa diukur dari faktor umur semata. Karena pada kenyataanya, saat ini adalah suatu era disrupsi yang mana banyak sekali anak–anak muda yang bukan saja berprestasi, tapi turut menjadi pelatak dasar peradaban umat manusia dan kemanusiaan, baik di Indonesia maupun diseluruh penjuru dunia. Jadi, muda bukan berarti tidak bisa," ujar Ryano di Jakarta, Senin (3/7/2023).
Ryano menegaskan pernyataan soal 'anak ingusan' seolah mengonfirmasi bahwa realitas politik yang menjadikan pemuda sebagai objek mendulang suara. Selain itu juga ada kesan politisi senior tersebut tidak ingin adanya kaderisasi dan regenerasi dalam rangka menjamin kesinambungan program pembangunan nasional.
Ryano menilai posisi pemuda yang hanya dijadikan objek, bertentangan dengan semangat demokrasi yang transformatif. Padahal dalam sejarah umat manusia dan Indonesia, pemuda merupakan pilar penting masa depan bangsa, negara, dan peradaban.
"Sumbangsih dan kontribusi pemuda terhadap negara diberbagai era politik telah memberikan corak tersendiri dalam arah perjalanan bangsa ini," kata Ryano.
Indonesia, lanjut Ryano, saat ini sedang mengalami bonus demografi. Usia produktif lebih banyak daripada usia anak–anak dan usia lanjut. Potensi yang sangat luar biasa ini tidak di absorbsi oleh gagasan istilah “anak ingusan”.
"Istilah tersebut secara etis kurang tepat dalam percakapan publik, apalagi pemuda secara kuantitas merupakan elemen dominan dalam konteks pemilih, selain itu, Indonesia sedang mengalami bonus demografi dimana seharusnya lebih banyak diberi ruang untuk berpartisipasi," kata dia.
Oleh karena itu, pengabaian atas pertisipasi pemuda karena dianggap bahwa umur menjadi satu-satunya indikator tentang pengalaman untuk terlibat secara signifikan dalam politik dan kepemimpinan haruslah di ubah. Karena tokoh-tokoh pendiri republik Indonesia adalah pemuda.
Ryano mengatakan, pemuda dalam masyarakat yang demokratis sejatinya memiliki hak yang sama dengan tokoh yang lebih senior, yaitu untuk berpartisipasi secara aktif dalam politik dan kepemimpinan. Patut pula dingat, menurut dia, bahwa partisipasi politik pemuda membawa beragam manfaat bagi demokrasi yang egaliter.
"Pemuda membawa perspektif baru dan segar terhadap isu-isu yang relevan bagi generasi masa depan bangsa ini. Sebab, partisipasi pemuda dalam politik itu adalah ekspresi dari beragam keresahan serta artikulasi dari pemikiran alternatif yang lahir dari problem kekinian generasinya, dimana hal tersebut boleh jadi luput dari perhatian generasi sebelumnya," katanya.
"Dengan melibatkan para pemuda dalam proses politik, kita dapat mendorong inovasi, reformasi, dan pembaruan yang diperlukan untuk menjaga relevansi sistem politik kita," ujar Ryano menambahkan.
Gibran sendiri telah menanggapi secara santai kritik yang dilontarkan oleh politikus senior PDI Perjuangan Panda Nababan. "Ya, terima kasih atas masukannya dari para senior partai," kata Gibran di Surakarta, Jawa Tengah.
Putra pertama Presiden Joko Widodo itu pun mengaku terbuka terhadap berbagai masukan dari para senior partai. Dia juga tidak tersinggung atas segala masukan dari berbagai pihak. "Pokoknya, makasih masukannya semua, terutama (dari) senior partai," ujar Gibran, demikian dilansir dari Antara.