REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Pengiriman bom tandan ke Ukraina telah diumumkan Pemerintah AS. Bom tandan ini masuk dalam paket bantuan militer baru sebesar 800 juta dolar AS yang diumumkan Departemen Pertahanan AS.
Banyak pihak menyayangkan langkah AS karena risikonya yang besar bagi sipil. ‘’Kami akui bom tandan ini melahirkan risiko membahayakan warga sipil, dari bom-bom kecil yang belum meledak,’’ kata penasihat keamanan Gedung Putih, Jake Sullivan, seperti diberitakan laman Guardian, Jumat (7/7/2023).
Ketika diluncurkan, bom tandan akan merilis bom-bom berukuran lebih kecil (bomblet) dalam jumlah banyak, menyasar area yang sangat luas. Dengan kemampuan senjata ini, memberikan ancaman besar bagi warga sipil karena bisa terkena bom tersebut saat masa perang.
Tak hanya itu, setelah perang berakhir, ancaman juga mengintai warga sipil karena bom-bom kecil yang dirilis saat peneyarangan bom tandan ada yang tak berhasil meledak. Bisa saja kemudian meledak beberapa saat setelah masa perang.
Itulah alasan, kata Sullivan, AS mempertimbangkannya dalam waktu cukup lama untuk mengirim bom tandan. ’’Namun, kami juga menilai risiko bahaya bagi warga sipil jika pasukan dan tank Rusia menguasai lebih banyak wilayah Ukraina. Mereka tak punya banyak artileri,’’
Ia menambahkan, kondisi tersebut tak bisa ditoleransi. Ia pun meyakini, Ukraina tak akan menggunakan bom tandan ini negara asing.’’Ini negara yang mereka bela, warga yang mereka lindungi. Mereka gunakan semua senjata untuk mengurangi risiko bagi warganya.’’
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menggambarkan paket bantuan militer termasuk bom tandan ini tepat waktu dan sangat dibutuhkan. Ia menyatakan itu dalam ucapan terima kasih kepada Presiden Joe Biden melalui akun Twitter.
Peningkatan kemampuan pertahanan......