REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekitar 48 perguruan tinggi di Inggris melakukan penyelidikan terhadap mahasiswanya karena diduga menyontek saat ujian menggunakan chatbot AI seperti ChatGPT. Hal ini diungkap dalam sebuah laporan terbaru dari The Tab.
Menurut laporan itu, penyelidikan terhadap mahasiswa itu dilakukan sejak Desember 2022. Hingga saat ini, setidaknya ada 377 mahasiswa yang telah diselidiki atas dugaan penyalahgunaan chatbot AI untuk menyontek setiap tugas yang diberikan universitas. Sebanyak 146 telah dinyatakan bersalah, sementara puluhan lainnya masih dalam proses.
Jumlah tertinggi terjadi di University of Kent, Canterbury, Inggris, di mana 47 mahasiswa diperiksa karena menggunakan ChatGPT atau chatbot AI lainnya. Selain itu, laporan tersebut menunjukkan bahwa investigasi AI membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai hasil investigasi.
Di Birkbeck University of London, 41 mahasiswa telah diselidiki. Tetapi sejauh ini jumlah yang mengakui pelanggaran kurang dari lima.
"Karena ini adalah teknologi baru, sebagian besar investigasi ini masih terbuka," kata pihak universitas seperti dilansir laman Siasat Daily, Senin (10/7/2023).
Selain itu, laporan tersebut menyebutkan bahwa Leeds Beckett, yang berada di peringkat ketiga tertinggi sedang berusaha sebaik mungkin untuk menghadapi situasi baru nan kompleks terkait dengan penyalahgunaan chatbot AI. Lebih dari setengah dari 35 penyelidikan yang dirilis sejauh ini belum membuahkan hasil dan masih dalam tahapan proses.
Menurut survei Best Colleges, lebih dari separuh mahasiswa (51 persen) percaya bahwa menggunakan perangkat AI seperti ChatGPT untuk menyelesaikan tugas dan ujian dianggap sebagai tindakan curang atau plagiarisme. Sementara itu, satu dari lima mahasiswa tetap menggunakannya.